Mata Air Kahuripan Cileutik di Sumedang Ini, Dipercaya Muncul Berkat Kesaktian Pangeran Kornel

Mata Air Cikahuripan Cileutik
Wa Aris bersama Warga saat menunjukkan lokasi Mata Air Kahuripan Cileutik didusun Gunung Gadung Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan/ dok Dadi Supriadi

INISUMEDANG.COM – Nama Pangeran Kornel atau Pangeran Kusumadinata XI yang menjabat Bupati Sumedang tahun 1791-1828 mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Sumedang.

Pangeran Kusumadinata diangkat oleh Belanda sebagai kolonel tituler Istilah “kolonel” yang masih langka pada zaman itu. Mengalami rinéka sora atau gejala perubahan fonem dalam bahasa Sunda menjadi “kornel” maka dijuluki dengan Pengeran Kornel hingga sekarang.

Menurut cerita Wa Aris (58) salah satu tokoh masyarakat di dusun Gunung Gadung Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan. Menuturkan bahwa salah satu bukti kesaktian Pangeran Kornel masih ada hingga sekarang dengan adanya mata air kahuripan Cileutik.

“Asal mula mata air Kahuripan Cileutik yang artinya Air Kecil. Ketika Pangeran Kornel saba kampung untuk melihat kondisi warganya di pelosok perkampungan. Daerah awal yang sambangi oleh Pangeran Kornel di daerah Cirateun (kini namanya kampung Haurlawang),” ungkap Wa Aris saat menceritakan kepada inisumedang.com Senin 28 Pebruari 2022 di lokasi air kahuripan Cileutik.

Ini Baca Juga :  PLN Peduli, Berikan Stimulus Listrik Gratis Selama 3 Bulan

Ketika berkunjung ke Kampung Cirateun, sambung Wa Aris. Pangeran Kornel dijamu dengan gula merah asli, sampai sekarang gula merah Cirateun atau Haurlawang rasanya legit dan manis alami. Dan hingga kini gula merah dari kampung Haurlawang selalu jadi primadona.

“Pangeran Kornel dari Cirateun singgah dulu ke Uyut saya di kampung Pabuaran. Yang disebut Ma Warsih atau Ma Ageung sebagai Abdi Daleum khusus memasak Nasi. Setelah pulang dari Cirateun, Pangeran Kornel berhenti di perjalanan (sekarang lokasi air kahuripan Cileutik). Dan berkata “Sepertinya semuanya pada haus yah,” kata Pangeran Kornel ke pengikutnya,” Tutur Wa Aris.

Lalu Pangeran Kornel, lanjut Wa Aris, membuka tongkatnya dan menusukan Tongkat tersebut ke tebing tanah Disamping pohon Mungcang (pohon Kemiri dalam bahasa Indonesia) dan Keluarlah air yang berwarna merah. Namun Pangeran Kornel menolak adanya air yang berwarna merah tersebut.

Mata Air Cikahuripan Cileutik Karena Tongkat Pangeran Kornel

“Setelah menolak air berwarna merah yang keluar dari Tebing itu. Kemudian keluar kembali air berwarna Hijau dan Dibiarkan dalam beberapa saat lalu air tersebut berubah menjadi bening. Setelah air berwarna bening, Pangeran Kornel berkata, “Silahkan diminum sekarang air ini, anak, Cucu buyut 40 turunan tidak akan ada apa apa,” kata Pangeran Kornel. Dan setelah mengatakan itu, Pangeran Kornel langsung pergi ke daerah Cicalengka,” jelas Wa Aris.

Ini Baca Juga :  Menjelajahi Keindahan Sejarah dan Budaya di Kota Semarang, Jawa Tengah

Sehingga, kata Wa Aris, air Cikahuripan Cileutik ini bisa keluar airnya karena ditusuk oleh Tongkat Pangeran Kornel. Disebut Cileutik karena memang dari dulu airnya itu leutik (kecil) dan tidak pernah kering air Cikahuripan Cileutik ini meski airnya kecil.

Dulu di area Cikahuripan Cileutik ini, lanjut Wa Aris, ada pohon Kemiri disamping air kahuripan Cileutik keluar dan ada bak penampungannya. Setelah pohon kemiri roboh, akibat ada yang bertapa orang Bandung, dan mendapatkan pusaka Wesi Kuning, kondisi Cikahuripan Cileutik menjadi rata.

Ini Baca Juga :  Menelisik Asal Usul Dusun Cibueuk di Sumedang Yang Kini Jadi Kampung Mati

“Dulu pusaka Wesi Kuning bisa didapatkan oleh orang Bandung dan dampaknya pohon kemiri langsung tumbang pada hari Jumat tahun 1973, selain itu kondisi Cikahuripan Cileutik jadi rata rusak oleh pohon tumbang. Dan sehari sebelum roboh, tepatnya hari Kamis, pohon tersebut mengeluarkan cairan seperti darah. Hingga akhir roboh pada Jumat,” ujar Wa Aris bercerita.

Setelah jadi rata, sambung Wa Aris, lokasi Cikahuripan Cileutik dibiarkan beberapa tahun. Setelah itu mulai dibenahi kembali dan di rawat. Dulu ketika pada bulan Mulud tempat Cikahuripan Cileutik ini banyak sekali yang mengunjungi dan dipakai airnya untuk kepentingan masing-masing.

“Sampai sekarang, Cikahuripan Cileutik ini selalu digunakan oleh warga bukan hanya warga Sumedang saja di luar daerah Kabupaten Sumedang pun banyak yang datang untuk digunakan berbagai kepentingan. Jadi semua kembali lagi kepada keyakinan masing masing, tetap keyakinan seutuhnya hanya kepada Allah SWT,” ucap Wa Aris mengakhiri ceritanya.