BANDUNG – Di tengah permasalahan sampah yang melanda Bandung Raya, kini warga tengah berupaya mengelolanya secara swadaya. Salah satunya yang telah dilaksanakan RW 08 Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik Kota Bandung.
Wilayah RW 08 mengelola sampah dan menamainya dengan program zerosima (pengnolan sisa makanan). Penerapan zerosima ini sudah dimulai sejak awal tahun 2023.
Ketua RW 08 Cisaranten Kulon sekaligus pengelola Kang Pisman (Kurang, Pisahkan, dan Manfaatkan sampah), Aam Imron Maosily mengatakan, setiap rumah tangga hanya perlu memilah dan memasukkannya ke dalam ember yang sudah disediakan.
Aam menjelaskan satu ember untuk lima KK (kepala keluarga) yang digunakan untuk memilah. Skala rumah tangga yang pertama adalah memilah. Di wilayah ini semua warga sudah sadar untuk memasukkan sisa makanan ke ember dan memisahkan antara organik, non organik, serta bernilai ekonomis.
Sampah-sampah yang sudah dipilah, lanjut Aam, nantinya akan diberikan kepada petugas sampah sebagai sedekah.
“Barang-barang yang sudah dipilah semuanya dijadikan sedekah sampah yang diberikan kepada petugas sampah,” ucapnya.
Menurutnya, sampah-sampah yang sudah dipilah tersebut kemudian ada juga yang diambil oleh petugas kebersihan untuk diproses.
“Sampah rumah tangga ada yang dikirim ada yang diambil oleh petugas kebersihan RW. Petugas kebersihan RW nantinya akan menyisir pemilahan ulang lagi. Kemudian sampah organiknya dikirim ke sini, kemudian diproses,” ungkapnya.
Pengolahan Sampah dengan Program Zerosima
“Seminggu dua kali pengambilan sampah. Prosesnya yang pertama, kami menyediakan lubang untuk pengolahan sampah organik. Kita sudah menyiapkan lubang pengolahan yang bernama zerosima,” kata Aam menambahkan.
Disampaikan Aam, supaya pemrosesannya lebih cepat, pembuatan lubang tanah dicampur. Perbandingannya satu ember sampah organik dicampur dengan satu ember tanah. Kalau ada plastik, dipisahkan lagi karena plastik adalah bahan yang sulit terurai.
Campuran tersebut memakan waktu kurang lebih seminggu sebelum akhirnya siap untuk ditanam sayuran.
“Setelah dicampur sampai penuh, seperempat tanah hasil galian ditimbun diatas. Lalu ditutup oleh plastik selama seminggu, dibiarkan sampai berjamur warna putih, berarti sudah diproses dan siap ditanam sayur. Kemudian dicampur dengan kompos dari rumda (rumah daun),” jelasnya.
Setelah proses zerosima inilah yang beralih menjadi Sabuki (Sampah buat Kehidupan). Hasil pengolahan sampah organik itulah yang bermanfaat bagi kehidupan, yaitu sebagai media tanam serta dapat diolah menjadi pupuk dan pakan ternak.
Dari proses pengolahan pupuk, Aam mengungkapkan bahwa semua hasil olahannya murni tanpa campuran bahan kimia.
“Murni, tidak ada pupuk kimia. Tidak pakai urea, NPK. Paling kita pakai POC (Pupuk Organik Cair),” ucapnya.
Selain pengelolaan rutin, ketua RW 08 tersebut juga tidak lupa untuk selalu mensosialisasi dan mengingatkan warga tentang program ini.
“Memang sulit untuk menyosialisasikan kepada warga, karena mindset setiap orang tidak sama. Tapi secara terus menerus kita edukasi bahwa sampah adalah tanggung jawab bersama. Apalagi posisi sekarang sedang darurat sampah. Mereka mau mengerti dan memilah sampah,” tandas Aam.