INISUMEDANG.COM – Situs Makam Buyut Malandang merupakan makamnya Rd. Agus Salam Cakrakusuma yang diangkat menjadi Cutak (kepala wilayah) oleh ayahnya Rd. Kartadibrata Kusumahdinata IV keturunan Raja Sumedang Larang dibawah kekuasaan Mataram.
Sesepuh makam Malandang Aki Dako mengatakan, Rd. Agus Salam ditugasi mimpin pasukan protokoler yaitu penerima tamu rombongan Kerajaan Mataram. Dari situlah nama Rd. Agus Salam dikenal sang protokoler sakti ketika menerima ribuan tamu bala tentara Mataram yang jumlahnya diluar dugaan sangat membludak.
Kala itu, rombongan bala tentara Mataram yang datang, ditempatkan di wilayah sebelah utara Gunung Tampomas. Diperkirakan hanya 200 tentara yang datang yang tujuannya akan menyerang Belanda VOC di Batavia.
Namun diluar dugaan, ternyata bala tentara Mataram itu mencapai 2000-an lebih yang datang, sehingga membuat panik bahkan menyulitkan para petugas penerima tamu untuk mengatur tempat terutama penyediaan makanan jamuan.
“Namun dengan kesakitan Rd. Agus Salam selaku protokoler penerima tamu, ketersediaan makanan jamuan itu secara metarasional, bisa tercukupi sehingga acara tersebut berjalan lancar. Bahkan bisa memberi bingkisan atau bekal bala tentara saat diperjalanan menuju Batavia,”tutur Aki Dako di Dusun Malandang Desa Buahdua, Selasa (8/02/2022).
Atas keberhasilan itu, Rd. Agus Salam dikenal ahli membagikan makanan dengan sebutan juru Duum atau Malandang. Sampai saat ini nama Malandang dipakai nama dusun dan situs makam Rd. Agus Salam.
Asal – Usul Nama Buahdua
Asal usul nama Buahdua tak lepas dikaitkan dengan kiprahnya nama Cutak protokoler Malandang sakti yaitu Rd. Agus Salam. Waktu itu, wilayah kekuasaannya menjadi daerah Panyeuseupan (buah dada seorang ibu menyusui anaknya).
Yang dimaksud, kesuburan wilayah bagi penduduk setempat sehingga tempat Panyeuseupan ini dianalogikan sebagai buah dada. Supaya lebih sopan, buah dada diganti dengan nama Buahdua yang saat ini menjadi nama desa dan kecamatan.
Mitos Dusun Malandang
Juru kunci makam Malandang A. Kohar menyebut, selain ada makam Eyang Agus Salam, di Dusun Malandang juga ada dua makam Embah Kutamaya dan tiga Embah Wira. Disebelah selatan, makam Istri Eyang Agus Salam yaitu Siti Komariah.
Dikatakan, di Dusun Malandang budaya ngikis yaitu budaya memperbaiki segala kerusakan di makam Uyut Malandang. Warga di dusun itu tidak boleh lebih dari 40 kK, harus tetap 40 KK setiap tahun.
Bahkan warga dusun itu, menyebut daun salam dengan nama kopo, katanya untuk penghargaan dan penghormatan buyut Malandang.