INISUMEDANG.COM – Lahan Bekas Galian C Direboisasi di Sumedang Oleh Mahasiswa ITB Dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Pemulihan Daerah Aliran Sungai (GNPDAS) dan bertepatan dengan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), sebanyak 200 mahasiswa ITB prodi Rekayasa Kehutanan (RK) dan Prodi Tambang (TA) tanami lahan rusak/kritis bekas galian urugan di Desa Jatimukti Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Jawa Barat, Senin 27 November 2023.
Gerakan penanaman ini merupakan wujud kepedulian mahasiswa prodi RK dan prodi TA ITB untuk ikut berperan aktif dalam upaya memulihkan lahan yang rusak akibat aktivitas penggalian. Kegiatan ini merupakan bagian dari proses pembelajaran kolaboratif antara mata kuliah Teknik Silvikultur (Teksil) pada Prodi RK SITH ITB dan mata kuliah Lingkungan Tambang (Lingtam) pada Prodi TA FTTM ITB.
Koordinator Lapangan/Pengampu mata kuliah Teknik Silvikultur, Dr. Ir. Yayat Hidayat S.Hut. MSi mengatakan kegiatan penanaman diselenggarakan dalam skema praktikum kolaborasi antara mata kuliah Teksil dan Lingtam. Selain diikuti mahasiswa ITB, kegiatan ini diikuti oleh unsur pemerintahan desa, Muspika Jatinangor, karang taruna, Forum Komunikasi Gunung Geulis (FKGG), Komunitas Petani Kopi gunung Geulis (KOPI GUGEULS) serta Kelompok Tani Hutan Taruna Tani Gunung Geulis (KTH TT GG).
“Seluas 3,9 ha lahan carik Desa Jatimukti kondisinya sangat terdegradasi setelah dilakukan penambangan (penggalian) tanah untuk pengurugan di kawasan perumahan. Proses penggalian dimulai sejak tahun 2017 oleh suatu perusahaan yang telah mendapat izin resmi dari pemerintah. Semula izin penggalian ini seluas kurang lebih14 ha, namun karena mendapat penolakan dari masyarakat (unjuk rasa) pada tahun 2019 kegiatan penggalian dihentikan dan tidak dilanjutkan lagi. Lahan carik yang sudah terlanjur digali seluas 3,9 ha tersebut dibiarkan terlantar tidak ada upaya pemulihan,” ujarnya.
BACA JUGA : https://inisumedang.com/bekas-galian-c-di-desa-jatiroke-sumedang-disulap-jadi-agrowisata/
Menurut Yayat, upaya penanaman sekala kecil dilakukan atas inisiatif kelompok masyarakat seperti KTH TT GG, FKGG, KOPI GUGEULS serta mahasiswa ITB dan UNPAD. Baru pada tahun ini upaya penanaman dalam skala besar dapat diselenggarakan oleh mahasiswa prodi RK dan Prodi TA ITB. Lebih dari 5.000 batang bibit akan ditanam di lahan carik ini, terdiri dari (1) kelompok jenis kayu-kayuan (eukaliptus, mahoni, gmelina, balsa, picung dan kihujan); kelompok jenis MPTS/Hortikultura (petai, nagka, alpukat, mangga, kopi, buah naga), (3) kelompok jenis tanaman pagar (kihanjuang).
“Konsep pemulihan lahan terdegradasi di sekitar Gunung Geulis telah dirancang sejak tahun 2018 oleh Dr. Ir. Yayat Hidayat SHut MSi melalui program pengabdian masyarakat (PPM). Objek kawasan perancangan meliputi (1) lahan carik Desa Jatiroke, (2) lahan carik Desa Jatimukti, (3) lahan ruang terbuka hijau (RTH) PT Kahatex, yang ketiganya merupakan zona penyangga hutan Pendidikan Gunung Geulis ITB. Konsep/tema yang diadopsi adalah DEWA singkatan dari Desa Edukasi Wiasata Agroforestri,” ujarnya.
Yayat menambahkan, tema ini didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain (1) Desa merupakan ujung tombak dari proses pembangangunan di tingkat tapak, oleh karena itu Desa harus diposisikan sebagai aktor utama kegiatan pemulihan lahan sebagai pemangkau wilayah. (2) Posisi lahan yang akan dipulihkan sangat dekat dengan lingkungan Pendidikan Tinggi di Jatinangor antara lain ada ITB, Unpad dan IPDN.
BACA JUGA : https://inisumedang.com/petani-gunung-geulis-sumedang-siap-hijaukan-lahan-tandus-eks-galian-c/
Kegiatan pemulihan lahan yang terdegradasi diawali dengan kegiatan perancangan (desain) serta penerapan inovasi teknologi murah dan ramah lingkungan. Pada kegiatan pemulihan lahan carik ini kami memperkenalkan teknologi “mubogsang” singkatan dari mulsa gedebog pisang, merupakan teknologi penanaman sederhana untuk menjaga kelembaban tanah dan memanen air secara langsung dari atmosfer sebagai sumber air untuk penyiraman tanaman. Teknologi memanfaatkan limbah gedebog pisang yang sering dibuang begitu saja oleh masyarakat.
Hasil penelitian Dr. Yayat Hidayat, Koordinator MK Teknik Silvikultur menunjukan bahwa mubogsang ini dapat tahan 3-4 bulan dipakai di lapangan pada musim kemarau, pada musim hujan dapt lebih lama lagi. Keuntungan teknologi mubogsang adalah (1) menjaga agar tanah sekitar perakaran tetap lembab, (2) mempertahankan suhu tanah tetap dingin, (3) menekan pertumbuhan gulma pengganggu di sekitar tanaman, (4) memanen air dari atmosfer untuk penyiraman tanaman, (5) mengaktifkan mikroorganisme tanah penyubur lahan.
“Disamping itu kami memperkenalkan teknologi ramah lingkungan untuk menanami lahan bekas galian yang sudah kehilangan lapisan tanah (soil less) dengan menanam jenis tanaman buah naga dengan teknologi “potbabe” (pot ban bekas). Buah naga dilaporkan cukup berhasil ditanam oleh petani pada lahan bekas galian pasir, lahan yang sudah tidak memiliki lapisan tanah pucuk (top soil). Umumnya petani menanam buahnaga dengan menggunakan penyangga dari beton. Dalam hal ini kami melakukan rekayasa (inovasi) mengganti penyangga beton dengan tanaman jenis kihanjuang, sehingga lebih ramah lingkungan,” ujarnya.