INISUMEDANG.COM – Nama buah berenuk (maja) bagi sebagian orang pasti terdengar asing. Pasalnya buahnya terbilang langka dipasaran yang tidak diperjualbelikan, di Kabupaten Sumedang sendiri hampir dipastikan sudah sangat jarang warga yang memilik pohon berenuk di pekarangan rumahnya.
Buah ini memiliki nama aslinya buah maja. Namun di setiap daerah, buah ini memiliki sebutan sendiri. Di tatar Sunda, buah ini disebut berenuk. Selain namanya yang terdengar aneh, buah ini juga langka karena saat ini hanya bisa ditemukan di daerah-daerah pelosok, seperti di daerah Garut, Sumedang, Majalengka, Subang dan Kabupaten Bandung
Masyarakat banyak yang menyebut buah berenuk dan mirip dengan buah kelapa. Pasalnya kulit buahnya berwarna hijau untuk buah yang masih muda dan berwarna kecoklatan jika sudah masak atau tua. Yang membedakan hanya isi buah, rasa serta ukurannya saja.
Terlepas dari itu, buah berenuk (maja) yang tidak bisa dimakan isinya ini bisa disulap menjadi barang bernilai seni tinggi. Di tangan kreatif Kang Oman Warga Dusun Corenda Kecamatan Cisitu, buah berenuk menjadi barang yang bernilai ekonomis yang unik dan idah.
Kang Oman menyulap buah berenuk menjadi Tas dengan berbagai motif yang bernilai seni.
“Saya biasanya hanya bisa mengerjakan dua biji dalam sehari.” ujar Kang Oman.
Butuh Tiga Bulan Untuk Mengeringkan Buah Maja (Berenuk)
Oman menuturkan, membuat tas dari bahan buah berenuk ternyata tidak gampang, selain bahan bakunya yang langka, untuk mengeringkan berenuk ternyata butuh waktu hingga tiga bulan lamanya. Bila sudah benar-benar kering, kulit buah baru bisa buat tas.
Untuk menghias kulit buah, Kang Ucok menggunakan bor listrik, karena kulit buah berenuk cukup keras hingga untuk menghiasnya butuh bantuan alat modern.
Selain itu, untuk menambah nilai seni, Kang Oman mengolaborasikan dengan barang-barang yang sudah tidak terpakai. Seperti ranting kayu, batang pohon kering dan bambu.
Dengan tangan kreatif, buah berenuk menjadi sebuah tas yang berniai seni sekaligus mendatangkan rupiah.
“Satu tas berenuk kami banderol Rp 300 ribu. Tapi ini bisa dilihat ukuran, bentuk, dan motifnya. Semakin sulit motif yang dibuat, pasti nilainya beda,” ujarnya.
Ia berharap ada bantuan modal dari pemerintah suapaya dapat terus eksis dengan memanfaatkan buah berenuk atau Maja ini.
“Kendala utama saat ini adalah modal, mudah-mudahan ada bantuan untuk pelaju UMKM seperti saya ini,” harapnya.