Keraton Kutamaya Hilang, Kini Jadi Sawah di Padasuka: Jejak Bangsa yang Tersapu Waktu

Keraton Kutamaya
Makam Leluhur Sumedang Larang, di Area Pesawahan di Padasuka Sumedang, menurut cerita dahulu Keraton Kutamaya
Area Pesawahan di Padasuka Sumedang, menurut cerita dahulu Keraton Kutamaya

Lalu mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran, sambung Supian sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabumi I/2 (h. 69) yang berbunyi; “Ghesan Ulun nyakrawarti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi
Parahyangan.

“Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya di Sumedang Mandala” (Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang) selanjutnya diberitakan “Rakyat Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun” ungkapnya.

Artinya Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun). “Anyakrawartti” biasanya digunakan kepada pemerintahan seorang raja yang merdeka dan cukup luas kekuasaannya.

“Dalam hal ini istilah “nyakrawartti” maupun “samanta” sebagai bawahan, cukup layak dikenakan kepada Prabu Geusan Ulun, hal ini terlihat dari luas daerah yang dikuasainya, dengan wilayahnya meliputi seluruh Padjajaran sesudah 1527 masa Prabu Prabu Surawisesa dengan batas meliputi, Sungai Cipamali (daerah Brebes sekarang) di sebelah timur, Sungai Cisadane di sebelah barat, Samudra Hindia sebelah Selatan dan Laut Jawa sebelah utara,” ujarnya.

Ini Baca Juga :  Berusia 86 Tahun, Jembatan Peninggalan Belanda Ini Masih Berdiri Kokoh di Tanjungkerta Sumedang

Daerah yang tidak termasuk wilayah Sumedang Larang yaitu Kesultanan Banten, Jayakarta dan Kesultanan Cirebon. Dilihat dari luas wilayah kekuasaannya, wilayah Sumedang Larang dulu hampir sama dengan wilayah Jawa Barat sekarang tidak termasuk wilayah Banten dan Jakarta kecuali wilayah Cirebon sekarang menjadi bagian Jawa Barat.

“Pada saat penobatannya Pangeran Angkawijaya berusia 22 tahun lebih 4 bulan, sebenarnya Pangeran Angkawijaya terlalu muda untuk menjadi raja sedangkan tradisi yang berlaku bahwa untuk menjadi raja adalah 23 tahun tetapi Pangeran Angkawijaya mendapat dukungan dari empat orang bersaudara bekas Senapati dan pembesar Padjadjaran, keempat bersaudara tersebut merupakan keturunan dari Prabu Bunisora Suradipati,” kata Supian.

Ini Baca Juga :  Legenda Gunung Tampomas Sumedang yang Berawal dari Keris Emas