INISUMEDANG.COM – Peran orang tua dalam pengawasan terhadap anak di bawah umur, perlu terus ditingkatkan. Terutama bagi orang tua yang telah memberikan handphone terhadap buah hatinya.
Pasalnya, perkembangan teknologi informasi di Dunia Maya Alaa sangat mudah didapat melalui handphone yang saat ini kian tak terkontrol.
Berbagai informasi tersebut, membuat orang tua harus membatasi anaknya dalam menggunakan handphone.
“Dalam dunia maya, ketika orangtua sudah memberikan Handphone (HP) terhadap putra putrinya yang masih di bawah umur, harus benar benar diawasi. Karena di dunia maya berbagai informasi yang baik Hingga yang terburuk ada, tidak bisa dikendalikan. Dan yang bisa mengendalikannya adalah peran serta orang tua itu sendiri,” kata Kajari Sumedang Nurmayani.,SH. MH kepada IniSumedang.Com beberapa waktu lalu.
Nurmayani menuturkan, pihaknya mempunyai program untuk mengantisipasi munculnya pergaulan bebas yang sangat berbahaya untuk masa depan mereka.
Baik pelaku ataupun korban, kata Nurmayani, itu sama bahayanya, karena meraka itu masing masing punya trauma dan meraka juga akan mempunyai pengalaman yang bisa mengganggu terhadap perkembangan psikis dan masa depannya.
Peranan Orang Tua Harus Selalu Mengawasi dan Membatasinya
“Yang harus mereka pahami adalah dampak dari pergaulan bebas dan HP. Penasaran ingin tahu dan ingin mencobanya, mereka itu tidak sadar. Padahal itu berbahaya, karena mungkin mencontoh, mencoba dan membaca misalnya dari melihat gambar, vidio pornografi dari HP nya meski tidak sengaja melihatnya, itu akan menjadi penasaran,” tutur Nurmayani.
Ditegaskan Nurmayani, bahwa pornografi itu sama dengan zat yang berbahaya lainnya karena punya sifat Adiktif.
Adiktif itu adalah sifat menagih, jadi kalau sudah melihat akan hal itu, meski tidak disengaja akan menjadi penasaran dan terus ingin melihat dan akhirnya akan melakukan hal yang sama.
“Maka dari itu, peranan orangtua terhadap putra putrinya yang sudah diberikan gadget harus selalu mengawasi dan membatasinya. Karena orang tua pasti tidak tahu, apa yang dibaca dan dilihat oleh putra putrinya tersebut. Jadi, pihak orangtua jangan berfikir asal anaknya diam, anaknya tidak rewel lalu diberikan gadget itu tanpa ada pengawasan, dan ini bahaya,” ujarnya.
Nurmayani menegaskan, pihaknya bukannya mau menghalangi atau si anak tidak boleh mengenal dunia IT dan Gadget. Tapi pengawasan yang lebih utama, karena mau tidak mau, perkembangan IT dan Gadget itu semakin maju dan canggih.
“Sekali lagi, ketika lengah orangtua terhadap pengawasannya, ini akan berdampak dan berbahaya bagi putra putrinya. Adiktif itu bersifat menagih, meski terlintas melihat sekali itu akan menyebabkan kepada si anak rasa ingin tahu berulang ulang. Intinya pengawasan orangtua lah yang paling berperan terhadap putra putrinya,” tandasnya.