INISUMEDANG.COM – Bendungan Ragadieum yang berada di Lingkungan Darangdan Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang menjadi bukti sejarah bagi warga Sumedang wajib di ketahui. Namun kini, tinggal puing puing tak terawat bahkan dibiarkan terbengkalai.
Bendungan Ragadieum (Badan Diam) didalam peta 1906, sudah ada dengan markas Pulosari. Yang bukan hanya sebagai benteng pertahanan tapi berfungsi juga markas.
Bila dilihat didalam peta lama itu, sepanjang foto dibawah itu ada titik titik yang patut dicurigai. Namun sekarang sudah rusak besar kemungkinan itu untuk penempatan meriam pada masa itu.
Ahli Arkeologi DR. Lutfi Yondri menjelaskan, jika melihat dari segi bangunan bendungan Ragadieum dari sebelah kanan berhadapan dengan Kutamaya (sekarang daerah Padasuka) dan sebelahnya lagi berhadapan dengan daerah Regol. Serta terlihat didalam tanda-tanda khusus itu langsung menghadang jalan besar tersebut.
“Dibangunnya Dam atau bendungan itu sebenarnya untuk mengangkat air. Karena posisi air ada di bawah daratan maka berfungsi untuk mengairi kota Sumedang kalau sekarang disebut irigasi, dan mungkin dulunya itu air sungai Cipeles sangat bersih dan itu pada terjadi sekitar diawal abad 20 an”. Ungkap Lutfi kepada IniSumedang.Com Senin 5 Desember 2022 di ruang Kebudayaan pada Disparbudpora Sumedang.
Meski Bendungan Ragadieum itu sarat dengan sejarah dan menjadi bukti sejarah, lanjut Lutfi. Namun pada kenyataannya sekarang dibiarkan begitu saja bahkan terbengkalai, miris dengan kondisi seperti itu. Seharusnya dirawat lebih jauhnya di pelihara dan akan menjadi salah satu bukti sejarah yang patut dibanggakan.
Kesadaran Sejarah Bagi Generasi Bangsa
“Saya melihat Kota Sumedang itu punya titik-titik yang bisa kita melakukan perjalanan sejarah dalam pertemuan waktu. Jangan dibiarkan dia sendiri, pada saat itu dijadikan penilaian sejarah dan kita bisa diceritakan generasi bangsa, bagaimana posisi objek objek itu ada. Disitulah kesadaran sejarah bagi generasi bangsa kita, bahwa kita bukan bangsa yang kecil,” terangnya.
Dengan Regol dan dengan kota Sumedang yang diancam dengan berbagai benteng pertahana. Seperti yang ada di Benteng Gunung Gadung salah satunya dengan meletakan meriam besar, disinilah kekuatan bangsa dan harkat martabat bangsa.
“Ada hal penting nilai yang terkandung didalamnya. Meski diancam oleh benteng pertahanan yang siap dengan meriamnya. Namun, sebagai bangsa yang besar dan menjaga harkat martabat bangsa tidak sedikitpun sebagai bangsa harus takut, itu maknanya,” Jelasnya.
Kondisi Bendungan Ragadieum Sumedang
Dengan kondisi Bendungan Ragadieum sekarang, kata Lutfi, dirinya merasa prihatin, dan itu harus dimaknai. Dengan melihat sejarah masa lalu, dengan adanya undang-undang Cagar Budaya.
“Saya prihatin sekali dengan kondisi saat ini pada Bendungan Ragadieum, tidak ada kata terlambat. Sudah jelas ada di dalam undang undang Cagar Budaya bahwa disitu dikatakan ada Revitalisasi dan Adaptasi. Kalau sungai Cipeles diperhatikan dan dibersihkan lagi, bisa menjadikan tujuan pelestarian Cagar Budaya dan itu bukan hanya sekadar melindungi Cagar Budaya. Tapi bagaimana hal tersebut di kembangkan dimanfaatkan untuk Generasi Bangsa untuk kesejahteraan masyarakat,” Ujarnya.
Lutfi berharap dan mengajak untuk membenahi lagi, memaknai lagi, jadikan hal tersebut sebgai titik destinasi peninggalan budaya dan bisa berbicara tentang Sumedang dimasa lalu.
“Kalau bendungan Ragadieum dirawat, dipelihara direvitalisasi, dan sungai Cipeles nya kembali ditata, dibersihkan. Saya yakin itu akan menjadi hal luar biasa dalam meningkatkan perekonomian, ditambah lagi Bendungan Ragadieum tidak jauh dari kota Sumedang,” tandasnya.