INISUMEDANG.COM – Menjadi seorang peternak domba dan penjelajah hutan memang bukan cita-citanya. Namun, keadaan dan kondisi ekonomi memaksa Ade Hidayat seorang guru honorer di Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang harus memutar otak guna menutupi kebutuhan hidup keluarganya.
Baju lusuh, arit, serta karung menjadi teman sehari harinya selain buku tulis, peluit dia dan absen siswa siswinya ketika mengajar di salah satu SMP Negeri di Cimanggung. Dengan motor Honda supra miliknya dia menelusuri padang dan hutan guna mencari rumput untuk ternak dombanya. Biasanya, ia lakukan selepas mengajar atau di waktu luang ketika dirinya tidak ada jadwal mengajar.
Dalam seminggu perlu 3 kali ngarit (mencari rumput) untuk memberi makan domba domba piarannya. Tak terlihat wajah lesu dan patah semangat, yang ada dia selalu tersenyum dan semangat yang menggebu. Dengan postur tubuh yang ideal, memang bukan perkara sulit mengangkat setumpukan karung berisi rumput itu.
Bagaimana tidak, sebagai guru olahraga (penjaskes) Ade memang memiliki tubuh yang ideal dan tenaga yang kuat. Begitu juga dengan semangat dan tekadnya yang kuat serta sikap percaya dirinya yang tinggi meski sekedar tukang ternak domba dan pencari rumput.
Baginya, hidup adalah perjuangan. Tanpa kerja keras dan jerih payah, hidup tidak akan sukses. Meskipun seorang sarjana pendidikan, dia tidak malu dengan gaya seperti tukang pencari rumput.
Guru Honorer di Cimanggung Sekaligus Pencari Rumput
Waktu itu Jumat, 9 Juni 2023 sekitar jam 08.00 dia sudah siap-siap berangkat ngarit. Kaos oblong panjang, kupluk, sepatu dan tentu saja si kuda besi dengan karung dan arit disimpan di bagasi motor dia langsung bergegas ke daerah Pangjugjugan Desa Cilembu kecamatan Pamulihan.
Di sana dia telah janjian dengan rekan rekannya sesama pencari rumput. Wajar daerah Pamulihan memang masih banyak rumput rumput liar yang cocok untuk pakan ternaknya. Dengan berbekal nasi dan ikan asin, serta kopi sachset serta tembakau mole, dia berangkat ke tempat ngarit.
Di sana, dia tak banyak bercerita. Hanya sesekali melihat rerumputan yang hijau sejauh mata memandang. Kurang dari 3 jam, dia berhasil mengumpulkan rumput sebanyak 2 karung lalu mengikatnya di kuda besinya.
Selepas bekerja mencari rumput, dia memasak air dengan kayu kayu Ranting di sekitarnya. Dengan alat cangkir kaleng, dia memasak air lalu diseduh lah kopi saschet yang dia bekal dari rumah. Tentu saja, kopi yang dia bawa tidak sedikit melainkan sesuai dengan jumlah teman mengaritnya. Ya, setiap hari dia memang membawa kopi untuk dibagikan ke rekan rekannya.
Sikapnya yang humble dan mudah bergaul dengan Masyarakat membuatnya cepat akrab dengan sesama temannya meskipun beda usia dan latar belakang pendidikannya. Dia tidak minder meski bergaul dengan orang orang lulusan SD bahkan tidak sekolah.
Pria dari Keluarga Sederhana
Pria kelahiran Sumedang, 12 April 1988 itu memang berasal dari keluarga sederhana. Berkat kerja kerasnyalah dia bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi hingga menjadi sarjana pendidikan.
Namun, karena nasib menjadi guru honor tak seindah yang dibayangkan, dia memutar otak dan bekerja sampingan menjadi peternak domba. Sesekali dia berjualan buah buahan dan nasi ketan ulen dibantu istrinya. Jika ada pesanan ulen nya pun bisa dikirim sampai Bandung dan Sumedang.
Ayah 1 anak ini mengatakan hidup itu perlu perjuangan. Lalu tawakal,Tawadhu, nikmati dan syukuri hidup serta jangan lupa 5 waktu. Hidup pun perlu disyukuri meskipun Menjadi seorang tukang pencari rumput. Sebab, nikmat itu diciptakan bukan dicari. Makan dengan ikan asin sambal serta lalap daun singkong pun akan terasa nikmat jika disyukuri.
“Hobi saya memang Olahraga, hiking, berternak. Jadi pekerjaan ini dinikmati tidak disesali. Alhamdulilah dari hasil berjualan domba bisa melangsungkan hidup,” ujarnya.
Dia pun mencari rumput sampai ke Rancaekek, Gedebage Kota Bandung. Bahkan pernah sampai ke Pamengpek Garut karena pergi bersama rombongan.
“Seminggu itu 3 kali ngarit, kadang 2 hari sekali tergantung stok rumput. Domba ternak saya dikasih makan alami tidak memakai obat dan bahan kimia,” ujarnya.