INISUMEDANG.COM – Imbas dibukanya jalan tol Cisumdawu di seksi II dan III atau dari GT Pamulihan ke Sumedang Kota, Omzet Penjualan oleh oleh Sumedang khususnya Ubi Cilembu dan tahu Sumedang di pinggir jalan Raya Bandung Sumedang tepatnya di Dusun Citali sampai Tunggul Hideung Desa Citali Kecamatan Pamulihan menurun.
Menurut salah seorang pedagang di sana, Tati Hartati penurunan terjadi imbas dibukanya tol Cisumdawu di seksi II dan III. Meskipun sejak pandemi Covid 19 omzet penjualan oleh oleh Sumedang sudah menurun tapi tidak separah sekarang.
“Dulu sempat turun ketika ada pandemi. Omset turun sampai 70 persen karena imbas PSBB. Pasca Pandemi agak lumayan naik sekitar 50 persen. Eh setelah tol Cisumdawu di seksi II dan III dibuka menjadi turun lagi sekitar 60 persen,” ujarnya Jumat (23/12/2022).
Imbas Tol Cisumdawu, Pembeli Bahkan Kendaraan Melintas Berkurang
Menurutnya, pasca dibukanya tol Cisumdawu pada tanggal 18 Desember 2022 jangankan pembeli kendaraan yang melintas saja berkurang. Terutama mobil pribadi dan angkutan luar kota. Padahal, para pedagang di sekitaran Tunggul Hideng sampai Cadaspangeran mengandalkan pelancong dari luar kota.
“Paling sekarang mah Ubi Cilembu laku 1 sampai 2 Kg juga sudah mending. Kalau tape ya sekitar 5 kg masih laku. Tahu Sumedang yang turun drastis mah, bahkan tidak ada yang membeli,” ujarnya.
Menurut Dia, jarang sekali warga lokal yang sengaja membeli di sana. Kebanyakan para pelancong yang dari Bandung atau Jakarta menuju Cirebon atau sebaliknya. Sehingga, kendaraan kendaraan yang melewati ke sana sangat diharapkan.
“Harapan kami satu-satunya dari pelancong. Kalau tol sudah resmi dibuka apalagi sampai Dawuan, jelas kami akan mati kutu bahkan bisa gunung tikar. Kami berharap difasilitasi untuk berjualan di rest area tol Cisumdawu,” tegasnya.
Apalagi, kata Tati, menjelang liburan sekolah Natal dan Tahun baru, biasanya pelancong yang melintas ke Tunggul Hideng selalu membludak bahkan sampai macet. Namun, karena tol dibuka, kemungkinan besar macet sangat tidak mungkin yang berimbas kepada tidak adanya pembeli.
“Mata pencaharian kami ya dari pelancong, biasanya kalau macet omzet selalu ramai. Karena sambil menunggu macet biasanya pengemudi pada istirahat,” ujarnya.