INISUMEDANG.COM – Imbas kenaikan harga BBM baik yang jenis subsidi maupun nonsubsidi, Sabtu 3 September 2022 tepat pukul 14.30 WIB membuat warga was was. Mereka khawatir harga kebutuhan pokok ikut naik yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan.
Enah (56) warga Dusun Bendungan RT 01 RW 02 Desa Cimanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang, misalnya. Dia mengaku sudah kelabakan sebelum BBM naik. Apalagi BBM sudah naik, yang berakibat pada melambungnya harga kebutuhan pokok dan ongkos sekolah anak anaknya.
“Saya memang bukan pemilik kendaraan mewah, bukan juga pemilik kendaraan yang menggunakan BBM bersubsidi. Tapi saya menggunakan jasa ojeg, yang pasti harga ojeg akan naik. Belum ongkos anak anak sekolah pasti minta dinaikin, sementara penghasilan saya sebagai kuli serabutan,” ujarnya.
Jeritan Enah itu mewakili ibu ibu dan warga berpenghasilan rendah se Indonesia. Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM meskioun disesuaikan dengan harga minyak dunia namun tidak sesuai dengan pendapatan per kapita Indonesia.
“Belum cukup relevan menteri keuangan menyamakan kita dengan negara lain. Memang harga minyak dunia sedang naik, tapi berani gak pemerintah kita menaikan upah buruh, karyawan, guru, serta menambah subsidi bagi rakyat miskin,” ujar Dadang Zaenal pemerhati politik asal Universitas Pasundan.
Dadang menambahkan, jika pemerintah mau menaikan harga BBM harus dikaji dulu pendapatan perkapita masyarakat Indonesia bagaimana. Serta daya beli masyarakat yang belum meningkat pasca pandemi Covid 19.
“Ini masih masa pemulihan ekonomi, masyarakat harus dibebankan dengan naiknya BBM, lucu sekali negeri ini,” ujarnya.