BANDUNG – Mantan Kapolda Jabar Komjen Pol (Purn) Mochamad Iriawan ikut bersuara menyikapi hebohnya dugaan pimpinan pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Bandung yang tega mencabuli santriwati.
Menurut pria yang akrab disapa Iwan Bule ini, harus ada langkah-langkah konkret agar kejadian semacam ini tidak terulang lagi. Di antaranya, adalah dengan sosialisasi sejak dini terkait apa saja yang boleh disentuh.
“Meski ada sebuah lagu tentang hal tersebut dan sudah banyak disosialisasikan dijenjang pendidikan usia dini dan TK hingga SD, tapi belum mencakup ke seluruhan,” kata dia dalam keterangannya kepada wartawan.
Hal lain yang harus dilakukan, lanjut dia, adalah pesantren-pesantren seharusnya memilah guru-gurunya sesuai gender untuk mengajar. Jadi sebisa mungkin santriwati belajar ke ustazah, dan santriwan ke ustaz.
Ada Jarak Dan Gunakan Microphone Saat Mengajar
“Namun jika tidak memungkinkan, ada jarak saat mengajar dari ustadz laki-laki ke santriwatinya. Misal diambil jarak sekitar 20-35 meter, cara mengakalinya pun mudah, tinggal gunakan microphone,” tutur Iwan.
Iwan juga mengingatkan peran pemerintah sangat penting mengawasi pesantren. Meski pesantren di bawah Kemenag, tapi dinas lain harus ikut memantau cara belajar mengajar di pondok-pondok pesantren di wilayahnya.
“Semisal dari unsur DP3AKB atau P2TP2A, termasuk unit PPA di tingkatan Polres atau Polda. Ini juga tergantung sebesar apa dan sebanyak apa jumlah santri maupun soal santriwatinya,” kata Ketua Umum PSSI itu.
Sebagai seorang Nahdliyin, Iwan Bule juga berpesan, kepada agar masyarakat memilih pesantren yang memiliki aturan yang jelas. Sebagai tindak lanjut kasus ini, Iwan minta ada perlindungan pada korban dan saksi.
“Bukan tidak mungkin, ada intervensi dari pelaku pencabulan karena seolah-olah memiliki kuasa. Ini banyak terjadi, keluarga santri maupun santriwati yang jadi korban diiming-imingi sesuatu agar diam,” katanya.
Mantan Kapolda Jabar ini pun berharap, kejadian ini jangan sampai terjadi lagi. Jangan sampai karena banyak kejadian semacam ini, para orangtua malas untuk menyekolahkan anaknya ke pesantren.
“Berapa banyak para founding fathers kita yang merupakan lulusan pesantren. Semisal Gus Dur, Buya Hamka, KH Agus Salim dan masih banyak lainnya, negara ini bisa seperti sekarang atas jasa-jasa mereka,” ucap Iwan.