INISUMEDANG.COM – Melimpahnya keanekaragaman hayati di Indonesia, baik yang dihasilkan oleh alam maupun hewan mulai disadari oleh masyarakat Indonesia. Setelah hasil penelitian terhadap fungsi keanekaragaman ini dipublikasikan dan didesiminasikan oleh berbagai lembaga pendidikan dan penelitian di Indonesia. Salah satu lembaga yang konsisten dalam penelitian keanekaragaman hayati ini yakni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Melalui Program Pengabdian Masyarakat (PPM) Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH ITB) dibawah pimpinan Ramadhani Eka Putra telah melakukan serangkaian program diseminasi hasil penelitian keanekaragaman hayati terutama terkait dengan pemanfaatan lebah tanpa sengat dalam menghasilkan madu dan propolis di Desa Rancakalong Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang.
“Lebah tanpa sengat adalah lebah asli Indonesia yang dapat ditemukan di hutan-hutan Indonesia. Bahkan beberapa jenis, hidup bersama dengan masyarakat dengan membuat sarang pada rumah dan struktur buatan. Terdapat lebih dari 600 jenis lebah tanpa sengat di dunia dimana 46 jenis ditemukan di Indonesia. Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menjadi lokasi dimana lebah ini dapat ditemukan. Dan berpotensi untuk dimanfaatkan,” ujar Ramadhani.
Didampingi anggota PPM, Mia Rosmiati, Ramadhani menjelaskan pada 10 tahun terakhir. Institut Teknologi Bandung telah melakukan serangkaian penelitian terkait pemanfaatkan lebah tanpa sengat.
Hasil Penelitian Keanekaragaman Hayati Pemanfaatan Lebah Tanpa Sengat
“Hasil penelitian menghasilkan beberapa produk pemanfaatan lebah tanpa sengat. Baik sebagai penghasil produk pangan maupun sebagai penyedia servis menguntungkan bagi pertanian yaitu penyerbukan. Program yang dimulai sejak Maret 2022 dengan pendanaan dari Program Kemitraan Masyarakat DIKTI mulai memperkenalkan beberapa jenis lebah tanpa sengat kepada kelompok Pemuda Tani. Diantaranya Tetragonula laeviceps, Tetragonula sawarakensis, dan Heterotrigona itama untuk dibudidayakan,” ujarnya.
Lebih lanjut Ramadhani mengatakan pada pengenalan ini. Petani dikenalkan dengan metoda budidaya, desain kandang, proses pemindahan koloni, proses panen produk, dan metoda perbanyakan koloni. Aplikasi dari kegiatan ini, petani mulai berhasil melakukan budidaya lebah tanpa sengat dan menambah jumlah koloni. Dimana pada akhir September total koloni yang dimiliki oleh petani adalah 80 koloni. Koloni mulai disebarkan pada kelompok tani lain dan diintegrasikan sebagai bagian dari produksi di rumah-rumah warga sekitar.
“Hal lain yang mulai diaplikasikan kepada kelompok pemuda tani adalah integrasi dari peternakan lebah madu dengan produksi pertanian sebagai agen penyerbuk. Kegiatan integrasi ini mulai dilakukan pada bulan Agustus 2022 dan mulai menunjukkan hasil dimana terdapat peningkatan produktivitas dari tanaman pertanian yang dibudidayakan seperti cabai, tomat, terung, dan pepaya sebesar 25-40%,” paparnya.
Hasil lain dari kegiatan pengabdian ini adalah terbangunnya Saung Teuweul. Sebagai lokasi produksi pertanian dan sarana pendidikan bagi berbagai kelompok masyarakat.