SUMEDANG – Festival Cut Nyak Dien 2025 bertajuk “Nada & Do’a, Spirit Cut Nyak Dien untuk Indonesia” digelar di Geo Theater Rancakalong, Sumedang, Sabtu malam (13/12/2025).
Gelaran tersendiri membuktikan
nilai kemanusiaan, kebangsaan, dan persaudaraan lintas daerah menyatu dan menjadi ruang refleksi sejarah, solidaritas, sekaligus doa bersama untuk masyarakat Aceh dan Indonesia.
Festival ini menghadirkan tokoh nasional Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah, seniman Aceh dan Sumedang, tokoh agama, budayawan, serta masyarakat lintas generasi.
Acara dikemas dalam rangkaian ziarah, aksi solidaritas kemanusiaan, doa bersama, serta pertunjukan seni kolaboratif yang sarat makna.
Sejumlah penampil turut menghidupkan panggung Festival Cut Nyak Dien, di antaranya Cut Mitha Moetia, K. M. Mumtaz Nurafqih, SQ., S.Ud., Puspa Karima, Pusaka Bangun Sawargi, Rumoh Budaya Muda, dan M. Ryanza yang memadukan kekuatan spiritual dan estetika budaya.
Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir menegaskan bahwa Festival Cut Nyak Dien bukan sekadar perhelatan seni, melainkan juga sebuah momentum penguatan nilai kemanusiaan dan persaudaraan sejarah antara Aceh dan Sumedang.
“Kegiatan nada dan doa ini sarat makna dan pesan kebangsaan. Sumedang dan Aceh adalah satu tubuh: satu dalam rasa, satu dalam sejarah, dan satu dalam nilai kemanusiaan. Apa yang dirasakan masyarakat Aceh, dirasakan pula oleh masyarakat Sumedang,” ujar Dony.
Bupati Dony juga mengajak seluruh hadirin mendoakan masyarakat Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang tengah dilanda bencana banjir dan longsor.
Ia menekankan pentingnya menghadirkan doa dengan kesungguhan hati, bukan sekadar ritual, agar menjadi energi positif yang menguatkan jiwa dan solidaritas.
Mengulas sosok Cut Nyak Dien, Dony menyebut pahlawan perempuan tersebut sebagai simbol keteguhan moral, keberanian, dan keteladanan. Meski diasingkan ke Sumedang, Cut Nyak Dien justru meninggalkan warisan nilai perjuangan dan keagamaan yang terus hidup hingga kini.
“Diasingkan bukan berarti berhenti berjuang. Jejak Cut Nyak Dien di Sumedang adalah cahaya keteladanan bagi Indonesia,” tegasnya.
Perwakilan masyarakat Aceh di Sumedang, Cut Marlina, yang juga Kadisperkimtan menyampaikan rasa terima kasih atas solidaritas dan kepedulian Pemerintah Kabupaten Sumedang terhadap Aceh, termasuk bantuan kemanusiaan yang telah disalurkan.
Dalam kesempatan tersebut, ia membacakan puisi berjudul “Duka Aceh” yang menggambarkan kesedihan, harapan, dan doa agar Aceh kembali pulih. Puisi tersebut menggugah emosi hadirin dan menjadi salah satu momen paling khidmat dalam acara.
Sekjen MPR RI Siti Fauziah, mengapresiasi penyelenggaraan Festival Cut Nyak Dien 2025. Ia menilai kegiatan ini sebagai contoh nyata pelestarian budaya yang berdampak langsung pada penguatan karakter generasi muda.
“Budaya harus dikenalkan sejak dini. Apa yang dilakukan di Sumedang ini inspiratif dan menjadi contoh bagaimana seni, sejarah, dan nilai kebangsaan dirawat bersama,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara MPR RI dan daerah dalam menanamkan nilai Empat Pilar Kebangsaan kepada generasi muda melalui pendekatan budaya dan kreativitas.
Festival Cut Nyak Dien 2025 ditutup dengan doa bersama lintas elemen dan harapan agar kegiatan ini dapat menjadi agenda budaya tahunan, sekaligus ruang bertemunya seni, doa, sejarah, dan kemanusiaan






