INISUMEDANG.COM – Seni Ajeng merupakan seni tradisional yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat Desa Cipelang Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Ajeng adalah nama kesenian yang juga nama seperangkat alat musik, hampir mirip Gamelan yang terdiri Koromong, Kepul atau gong kecil dan gong besar.
Dikutip Youtube jeryanuar, kesenian ini selalu dikait-kaitkan dengan adanya makam keramat Eyang Buyut Jayakerti yang kono katanya, asal muasal adanya Seni Ajeng di Desa Cipelang Ujungjaya saat ini.
Eyang Embah Buyut Jayakerta adalah leluhur masyarakat Cipelang sebagai orang pertama kali memperkenalkan Seni Ajeng.
Hingga kini, Seni Ajeng selalu dipentaskan diacara-acara tertentu. Terutama acara adat ritual hajat lembur yang setiap tahun selalu dilaksanakan di makam keramat Embah Buyut Jayakerti sebagai bentuk penghormatan kepada leluhurnya.
Dulunya Bernama Jangkar Alam
Sejarah yang diceritakan turun temurun bahwa alat musik Seni Ajeng asalnya bernama Jangkar Alam. Sebab secara tidak sengaja, alat musik ini ditemukan dalam kondisi terkubur di tanah yang sudah dililit akar. Ketika Eyang Jayakerti dan Embah Kadar menggali tanah membuat saluran air.
Embah Jayakerti merupakan anak bungsu Sultan Jaya Ningrat. Beliau mengutus keempat anaknya yaitu Ranggawati, Waragati, Puragati dan Jayakerti agar membuat saluran air di Tegal Burangrang. Gunung Garunggang di daerah Ranji Majalengka.
Namun hanya Jayakerti yang menyanggupi perintah ayahnya Sultan Jaya Ningrat. Dalam pembuatan saluran air itu Embah Jayakerti dibantu Embah Kadar termasuk masyarakat setempat.
Saat menggali tanah, yang pertama ditemukan gong kecil atau alat musik Kempul. Namun setelah itu, ditemukan kembali 28 alat musik lain yaitu Koromong dan gong besar.
Alat-alat musik tersebut dirawat Embah Jayakerti karena masih berfungsi dengan baik. Dari daerah Ranji Majalengka, Eyang Jayakerti pindah ke daerah Belendung Cipelang Ujungjaya hingga beliau meninggal di Cipelang.
Sekarang blok Belendung sebagai tempat makamnya Eyang Embah Jayakerti yang sampai sekarang makam leluhur tersebut sangat dikeramatkan.
Lambat laun Seni tradisional Jangkar Alam ini berganti nama menjadi Seni Ajeng berasal dari kata pangajeung-ngajeung atau turut mengundang, dan masyarakat Cipelang sebagai pewaris seni tradisinal leluhur tersebut.