“Saya sering melihat ada orang mandi di sana. Biasanya tengah malam sambil membawa sesajen dan ritual untuk keperluan tertentu. Misalnya, untuk kewibawaan, untuk kekayaan, untuk ilmu kanuragan, dan ilmu menggaet wanita,” ujarnya.
Bahkan, kata Ade, pernah satu kali ada warga sekitar yang iseng dengan memakan makanan sesajen dan merokok surutu sesajen. Besoknya, sumber mata itu mendadak kering padahal bukan masuk musim hujan. Warga pun penasaran kenapa bisa sampai surut airnya. Setelah ditelusuri ternyata ada warga yang iseng memakan sesajen di sana.
“Besoknya sesajennya diganti dengan yang baru, bahkan ada ritual minta maaf ke penunggu mata air itu. Sontak saat itu juga airnya langsung ada kembali padahal tidak diapa apakan sumber mata air itu,” ujarnya.
Kini, karena sumber airnya melimpah, dan airnya Bahkan berceceran ke jalan raya, warga membuatkan bak untuk menampung air dan sebagian lagi dialirkan menggunakan pipa ke rumah warga. Sebagian lagi memanfaatkan air itu untuk jasa cuci motor dan mobil.
“Ya dimanfaatkan oleh warga untuk jasa cuci motor dan mobil. Sebagian uangnya digunakan untuk merawat dan menjaga sumber mata air itu. Meski sekarang yang mandi kembang sudah berkurang, mungkin karena terhalang zaman dan perkembangan teknologi,” ujarnya.