Di Bawah Teduh yang Tak Pernah Tumbang, Kisah Neduh Kopi Menjaga Ruang Hangat di Tengah Kota Bandung

cafe cozy Bandung
Foto: Ridzky Ahdhan (36) pemilik Neduh Kopi

Bandung – Di sebuah sudut Kota Bandung yang kian padat dengan bangunan baru yang berdiri rapat, dimana halaman rumah hilang satu per satu, dan warna hijau pun kian memudar. Namun, siapa sangka ada satu tempat kecil yang tidak ikut terseret arus yaitu sebuah halaman yang memilih tetap teduh, sehingga dari situlah cerita Neduh Kopi dimulai.

Di saat langit Bandung mulai memerah di penghujung siang hari, halaman hijau ini, mulai berubah menjadi tempat berkumpul yang tak pernah sama setiap harinya.

Jumat petang (28/11/2025), halaman hijau yang dihiasi lampu-lampu gantung kecil itu mulai menyala, sehingga menghadirkan nuansa hangat yang jarang ditemui di kafe-kafe modern. Saat itu, terlihat sejumlah pengunjung memilih duduk di bawah pohon besar dan di sudut rumah yang telah dilengkapi dengan bangku-bangku kayu yang menambah kesan alaminya.

Pohon tua itu bukan sekadar aksen di halaman, tapi ia adalah inti cerita Neduh Kopi. Seiring kawasan Terusan Ciliwung berubah menjadi garis panjang tembok-tembok baru, pohon ini menjadi satu-satunya yang masih berdiri kokoh hingga kini.

Ini Baca Juga :  Resep Ketan Gurih Khas Orang Sumedang yang Nikmat Rasanya

Sang pemilik, Ridzky Ahdhan (36), tidak pernah berpikir untuk menebangnya, di tengah banyaknya tetangga yang telah mengubah halaman menjadi bangunan tambahan. Tapi ia tetap memilih merawat pohon itu agar tidak tumbang.

“Jika pohon ini hilang, hilang juga suasana rumah saya. Dan dari sinilah nama Neduh muncul aura sejuk, tenang, dan teduh yang terpancar dari rimbunnya cabang-cabang tua itu,” ucapnya.

Perjalanan Neduh Kopi tidak dimulai dari keberuntungan. Setelah dibuka pada awal 2020, Ridzky mengaku, hanya butuh satu minggu sebelum pandemi membuat semuanya berhenti. Pintu kafe harus ditutup, di sisi lain tagihan tetap datang setiap bulannya.

Ridzky tak menyerah, namun memilih langkah sederhana mengetuk satu per satu pintu pelanggan lewat pesan singkat dan media sosial, menawarkan secangkir kopi yang dibuat dari dapurnya itu.

Ia pun nyetir sendiri untuk mengantar pesanan, meski hanya dua atau tiga gelas dalam sehari. Tapi berkat ketekunannya itu, Neduh Kopi tetap bertahan hingga kini.

Ini Baca Juga :  Wisata Sejarah di Bandung Ini Kembali Dibuka, Warga Dipersilahkan Berkunjung

Tahun selanjutnya, di saat dunia perlahan pulih dari pandemi, halaman rumah itu kembali hidup. Pria 36 tahun itu, mulai merapikan area duduk, menambah beberapa lampu hias, serta memberi ruang lebih luas untuk pohon besar yang menjadi semacam penjaga tempat itu.

Salah satu karakter unik Neduh Kopi adalah cara menu disusun layaknya cerita. Kojo kopi hijau yang memadukan kopi dan green tea menjadi ikon karena terinspirasi dari eksperimen sederhana saat pandemi. Banyak pelanggan justru datang hanya untuk mencoba minuman berwarna hijau pekat itu.

Kini, Neduh melangkah lebih jauh. Ridzky sedang menyiapkan kopi kemasan kaleng untuk memudahkan pelanggan membawa rasa “teduh” itu ke mana pun mereka pergi.

Meski bertumpu pada suasana alami, Neduh adalah usaha yang tak lepas dari dunia digital. Promosi, komunikasi pesanan, hingga koordinasi karyawan seluruhnya bergantung pada jaringan yang stabil.

Ridzky sejak awal menggunakan provider Indosat, lengkap dengan nomor lama yang tidak pernah ia ganti.

Menariknya, para karyawan dan rekan usahanya juga sebagian besar menggunakan provider yang sama. Itu membuat kerja harian menjadi lebih ringan, telepon tetap bisa dilakukan meski kuota habis, koordinasi tidak terputus, dan komunikasi promosi tidak menemui kendala.

Ini Baca Juga :  Tarif Pelayanan Air Minum di Bandung Bakal Ditunda, Ini Alasannya

“Kalau soal komunikasi, kami jarang ada masalah. Penting sekali untuk usaha kecil seperti ini,” ujarnya.

Kini, Neduh Kopi telah menjadi seperti “ruang komunal mini” yang hadir tanpa sengaja. Orang datang bukan hanya untuk minum kopi, tetapi untuk menemukan ketenangan. Ada yang membawa laptop untuk menyelesaikan deadline, ada yang bertemu kawan lama, ada pula yang sekadar ingin duduk di bawah pohon besar sambil memandangi lampu-lampu kecil yang menyala tenang.

Di kota yang terus tumbuh ke atas, Neduh Kopi memilih untuk tumbuh ke dalam ke dalam relung suasana, pengalaman, dan hubungan antarmanusia.

Di bawah teduh sebuah pohon yang belum menyerah pada beton, usaha kecil ini mengingatkan kita bahwa kadang yang kita cari bukan tempat paling instagramable, tetapi tempat yang membuat kita merasa tinggal lebih lama tanpa alasan apa pun.