Cerita Menyeramkan Tukang Ojeg Kenanga Cigendel Tak Jauh dari Cadas Pangeran Sumedang

cerita menyeramkan tukang ojeg

INISUMEDANG.COM – Cerita berbau mistis dan menyeramkan memang penasaran untum disimak. Seperti kata pepatah, makan sambel rasanya pedas tapi terus saja dicocol sambel nya. Begitu pun cerita mistik, meski seram tapi penasaran untuk membacanya. Seperti cerita menyeramkan seorang tukang ojeg di Pangkalan Ojeg Kenanga Dusun Cigendel Desa Cimarias Kecamatan Pamulihan Sumedang. Lokasi pangkalan ini memang masuk kawasan Cadaspangeran 10 meter dari mesjid Jelekong dan 50 meter dari tulisan Cadaspangeran. Kawasan ini memang jauh dari pusat perkotaan meski sekarang sudah banyak pedagang oleh oleh di Cadaspangeran.

Sore itu, Jumat (11/3) sekitar jam 17.00 secara tak sengaja wartawan IniSumedang.com berteduh di pangkalan ojeg karena hujan yang tak henti hentinya dari kota Sumedang. Sepintas, secara kasat mata memang tempat itu menyeramkan. Selain banyak pepohonan kondisinya gelap. Keseraman ditambah adanya pohon kenanga yang cukup besar persis di belakang pangkalan ojeg tempat kami berteduh.

Suara jangkrik dan binatang serangga juga burung menambah sunyinya sore sore di bawah pohon rindang. Bersama kami, ada seorang tukang ojeg yang sedang mangkal. Ada juga seorang pengendara motor yang sama sama berteduh dengan kami. Hujan memang tak begitu besar namun cukup membuat tubuh ini basah kuyup.

Ini Baca Juga :  Dosen FTI Unsap Sumedang Hibahkan Aplikasi untuk PAM Desa

Waktu Hampir Magrib Aura Mistik Cadas Pangeran Semakin Menjadi

Sementara suara keheningan kawasan cadas pangeran dan aura mistik di sekitar itu semakin menjadi ketika hari sudah hampir magrib. Bahkan kendaraan yang melintas pun semakin sedikit. Sesekali angin sepoy sepoy dan suara rintik hujan menambah bulu kuduk ini berdiri. Apalagi, tukang ojeg itu hanya diam dan memainkan HP nya. Gak ada obrolan apalagi ke arah misteri waktu itu.

Namun, wartawan IniSumedang.com mencoba membuka pembicaraan dengan pertanyaan umum. “Mang ngojeg sendiri? Kataku. Ya, jawab si emang singkat.

Gak takut di sini sendiri mang? Lanjutku memulai wawancara. Gak kang, paling ada yang lewat bayangan putih. “Kata si emang seakan sudah terbiasa melihat hal ghaib.

Rasa penasaranku semakin menjadi ketika melihat mimik wajah si emang tukang ojeg yang begitu datar menjawab “paling ada bayangan putih”. Kemudian aku lanjutkan dengan pertanyaan pertanyaan yang mengarah ke hal mistik.

Menurut Ade Saepuloh tukang ojeg di Dusun Cigendel Kecamatan Pamulihan, hal hal gaib dan diluar akal sehat sering muncul ketika dia mangkal di tempat ojeg itu. Seperti suara orang menangis, wewangian bunga semoja, hingga bayangan putih yang melintas. Namun, dia seakan biasa karena sering berada di tempat itu. Dalam istilah sunda, “Wani kusabab kapaksa”.

Ini Baca Juga :  Darongdong, Bukti Kuat Ikatan Sejarah Buahdua Sumedang Dijuluki Jogja Kedua

Dia pun mengaku tidak pernah diganggu atau ditampakan wujud hantu atau semacamnya. Hanya bayangan hitam atau putih yang terbang diatas pohon.

“Kalau hal misteri sering melihat dan merasakan. Namun mau gimana lagi karena ini pekerjaan. Lagian tidak menggangu, ya kita berdoa saja sabisa bisa,” ujarnya.

Cerita Menyeramkan Tukan Ojeg Sering Adanya Ular Jatuh, Orang Yang Menangis dan Berbauan Bunga

Dia pun mengaku mulai mangkal jam 06.00 pagi hingga jam 08.00 malam. Karena lewat jam 08.00 tidak ada penumpang. Warga pun mikir dua kali jika harus bepergian melewati hutan dan sungai yang mengalir ke Cadaspangeran. Jam 06.00 adalah waktu yang tepat buat orang bekerja dan berpergian.

Menurutnya, mayoritas penduduk di Cimarias petani dan pedagang di pasar. Ada juga yang berjualan tape dan sayuran ke pasar pasar induk di Bandung dan Jakarta.

“Paling ibu ibu yang ke pasar, pedagang, yang berjualan ke luar kota. Kalau anak anak sekolah jarang ada. Karena sekolahnya di sekitar Desa Cimarias,” ujarnya.

Ini Baca Juga :  Fosil Kura-kura Hingga Gigi Buaya Purba Ditemukan Kembali Tim Arkeolog di Jembarwangi Sumedang

Menurutnya, dari pangkalan ojeg, sampai desa Cimarias berjarak sekitar 10 KM. Sementara ongkos dari Desa Cimarias ke pangkalan ojeg atau sebaliknya Rp10 ribu. Dia pun berujar tidak pernah ada ojeg online yang menarik penumpang ke kampungnya. Sebab, tidak ada warga yang memiliki aplikasi gojeg dan sejenisnya. Sehingga, ojeg konvensional memang masih menjadi alternatif warga.

Ditanya hal mistik apa ketika mangkal di tempat ojeg itu, dia mengaku sering melihat ular jatuh dari pohon ke Jalan raya. Ada juga yang menangis dan bebauan seperti bunga kenanga, semoja, dan kemenyan.

“Di sini kan ada pohon kenanga di belakang pangkalan ojeg, jadi pantas bau bunga kenanga. Terus pohon itu ada bolong tengahnya bahkan jika manusia masuk ke dalam bisa berdiri. Anehnya pohon itu tidak roboh meski diameternya besar dan batangnya keropos,” ujarnya.

Menurutnya, pohon itu sudah ada sejak dirinya kecil. Bahkan disebut Pangkalan Ojeg Kenanga karena ada pohon kenanga besar. Dia juga mengaku di pohon itu ada penjaganya, namun tidak mengganggu selama manusia tidak menggangu dan tidak kencing sembarangan.

“Logikanya pohon itu besar, tengahnya bolong, kalau tidak ada penjaganya pasti sudah roboh,” ujarnya meyakinkan. (Bersambung)