INISUMEDANG.COM – Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya pernikahan anak, tim Motivator Ketahanan Keluarga (Motekar) Kabupaten Sumedang melakukan sosialisasi program Stop Perkawinan Anak Jawa Barat (Stopan Jabar) di SMK PGRI, Kamis 30 Maret 2023.
Program Stopan Jabar merupakan upaya pemerintah guna menurunkan laju perkawinan anak di Jabar dengan sasaran anak sekolah.
Salah seorang anggota Motekar Kabupaten Sumedang Yayah Komariah mengatakan, tujuan dari sosialisasi ini yaitu untuk mencegah terjadinya pernikahan anak di Kabupaten Sumedang.
Dimana berdasarkan data dari
Pengadilan Agama Kabupaten Sumedang, pada tahun 2022 sampai dengan triwulan 3 yang mengajukan 246 yang di acc atau dikabulkan sebanyak 229.
“Sebenarnya data tersebut mengalami penurunan yang cukup drastis jika dibandingkan pernikahan usia anak di tahun 2021 yaitu sebanyak 1348 kasus. Namun, meski di tahun 2022 mengalami penurunan, kami akan terus berupaya untuk menekan angka pernikahan anak itu di tahun 2023 ini,” ujarnya kepada IniSumedang.Com.
Yayah menuturkan, penyebab terjadinya pernikahan anak itu disebabkan oleh berbagai faktor seperti, faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor orang tua, media sosial, biologis, hamil diluar nikah dan faktor adat.
Untuk itulah, sambung Yayah, pada kesempatan ini, pihaknya melakukan sosialisasi dengan menyasar siswa sekolah agar para siswa dapat mengetahui dampak yang terjadi dari pernikahan dini tersebut.
“Berbagai dampak akan terjadi bila terjadi pernikahan dini, seperti, tidak siap secara mental, tidak siap secara ekonomi. Kemudian akan terampasnya pendidikan, terjadinya kekerasan dan pelecehan, selanjutnya resiko kematian saat melahirkan, bahkan terjadinya perceraian,” ujar Yayah.
“Nah, pada kesempatan ini, kami langsung berinteraksi dengan para siswa siswi di SMK PGRI dan memberikan informasi atau dampak yang terjadi bila terjadi pernikahan dini. Kami berharap melalui sosialisasi ini dapat menekan angka pernikahan dini di Sumedang,” tambah Yayah menambahkan.
Selain itu, kata Yayah, pada sosialisasi ini juga pihaknya juga memberikan pengertian kepada para pelajar bahwa pernikahan dini itu, harus siap segalanya baik itu dari segi moral, materil maupun mental calon pengantin.
“Jadi jangan sampai ekonomi menjadi alasan untuk melakukan pernikahan dini. Sehingga dampaknya bukan mengurangi angka kemiskinan, justru malah sebaliknya malah menambah angka kemiskinan,” ucapnya.
Yayah menambahkan, bila pihaknya juga menyarankan agar generasi muda harus betul-betul siap dan minimal punya penghasilan tetap untuk menghidupi keluarga bila ingin melangsungkan pernikahan.
“Kami juga menekankan, jangan sampai menambah beban orang tua. Dan untuk itu, para orang tua tolong pertimbangkan lagi jika ingin menikahkan anaknya di usia dini,” tandasnya.