Berada di Tengah Sawah dan Tidak Terawat, Begini Kondisi Petilasan Keraton Pertama di Sumedang

Keraton Kutamaya
Apun Juru Kunci Petilasan Keraton Kutamaya dan Petilasan Pohon Hanjuang di Panjeleran Padasuka, saat menunjukkan lokasi petilasan Keraton Kutamaya

INISUMEDANG.COM – Sebagai keraton pertama yang berdiri di Sumedang dan dibangun pada tahun 1530 M. Keraton Kutamaya yang Petilasannya ini berada di tengah sawah tepatnya di Dusun Bojong RT 02 RW 02 Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Selatan, kini kondisinya memprihatinkan.

Pantauan IniSumedang.Com di lokasi petilasan Keraton Kutamaya, kondisinya sungguh memprihatinkan, tidak terawat dan tak sebanding dengan nilai sejarahnya.

Petilasan Keraton yang pertama didirikan di Sumedang itu. Hanya dikelilingi pagar seadanya dari kawat yang sudah berkarat, dengan kondisi tidak terurus.

Ingin mengetahui lebih jauh kisah berdirinya petilasan ini. IniSumedang.Com mencoba menemui sang Kuncen yang bernama Apun berumur 70 tahun.

Apun adalah Juru Kunci yang selama ini dipercaya untuk merawat dan menjaga baik petilasan Keraton Kutamaya dan Petilasan Pohon Hanjuang di Panjeleran Padasuka.

Meski sudah lama menjadi Juru Kunci, Apun mengaku tidak mendapatkan tunjangan ataupun perhatian apapun dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang.

Ini Baca Juga :  Peringati Tahun Baru Islam, Berikut Makna, Sejarah dan Etimologinya

“Keraton Kutamaya ini, adalah Keraton Pertama yang di bangun pada tahun 1530 M. Saya adalah asli pribumi dan dilahirkan juga di sini. Jadi saya tahu dari sesepuh saya sendiri yang menceritakan sejarah Keraton Kutamaya yang sekarang telah menjadi pesawahan dan lokasinya tidak jauh dari rumah saya ini”. ungkap Apun ditemui IniSumedang.Com
di Kediamannya Jumat sore, 14 Januari 2022.

Keraton Kutamaya Adalah Keraton Pertama Kali Dibangun

Keraton Kutamaya ini, kata Apun, adalah Keraton yang pertama kali dibangun. Ciri dan jejaknya sampai sekarang masih ada meski sekarang sudah berganti wajah menjadi pesawahan dan sudah menjadi hak milik warga.

Beberapa tahun yang lalu, sambung Apun. Pernah datang peneliti ketempat ini, menanyakan keberadaan Keraton Kutamaya dan langsung melihat ke lokasi petilasan.

“Mereka melihat secara langsung dan saya waktu memberitahukan bahwa pasangan bata pondasi juga masih ada, lempengan pernak pernik, gelas sloki kalau nama sekarang mah, semua lempengan kecil kecil,” tutur Apun.

Ini Baca Juga :  Lima Belas Titik di Sumedang Kota Dilengkapi Tempat Sampah Anorganik

Lebih lanjut Apun menuturkan, menurut sesepuhnya, hancurnya Keraton Kutamaya yang memiliki luas kurang lebih 10 Hektar, terjadi setelah timbulnya perang dengan Cirebon.

Sebab Musabab Perang Dengan Cirebon

Tetapi, sebab musabab perang dengan Cirebon itu ada dua versi yang berbeda.

Versi pertama adalah katanya karena Ratu Harisbaya yang diculik oleh pengeran Sumedang Prabu Geusan Ulun. Sedangkan versi kedua adalah ketika sampai ke Sumedang dalam perjalanan pulang dari Cirebon Ratu Harisbaya putri Cirebon menumpang di keretanya Prabu Geusan Ulun tanpa sepengetahuan.

“Adanya dua versi cerita yang berbeda itu, saya hanya menyerahkan segala sesuatu ke Sang Maha Pencipta. Pada tahun 1585, terjadi perselihan antara Sumedang dengan Cirebon karena Ratu Harisbaya tadi. Didatangkanlah suruhan dari Cirebon kalau sekarang mah Intelejen ke Keraton Kutamaya, dan benar Ratu Harisbaya ada di Keraton. Setelah itu, perselisihan makin sengit dan akan terjadi perang,” tuturnya.

Mendengar adanya perselisihan dan makin memanasnya situasi saat itu, kata Apun. Datanglah Eyang Jaya Perkasa untuk membantu Prabu Geusan Ulun yang akan perang dengan Cirebon.

Ini Baca Juga :  Pengakuan Pria Asal Sumedang, Pernah Terjebak Pesugihan Siluman Ular, Part 2

“Ketika Eyang Jaya Perkasa akan berangkat perang karena mendengar Cirebon mau menyerang. Beliau menancapkan pohon Hanjuang (pohon tersebut masih ada) dan berkata”Lamun Hayang Ningali Kula, Tingalikeun wae Tangkal Hanjuang Lamun Tangkal Hanjuang Perang Berarti Kawula Gugur,” (kalau mau melihat saya, lihat saja buktinya pohon Hanjuang, kalau Pohon Hanjuang nya layu berarti saya mati),” kata Apun.

Atas ijin Allah SWT, kata Apun, pohon Hanjuang masih terawat dan tumbuh sampai saat ini, di Dusun Panjeleran Desa Padasuka.

“Keraton Kutamaya ini sudah 11 kali berpindah pindah, di Padasuka ini lah yang pertama dibangun Keraton. Selain itu juga, menurut cerita sesepuh (orang yang di tuakan/guru) pohon Hanjuang yang di tanam oleh Eyang Jaya Perkasa menurut cerita sesepuh disitulah dulunya alun alun Keraton Kutamaya,” ujar Apun.