INISUMEDANG.COM – Siapa yang tak kenal Jatinangor, nama kecamatan di Kabupaten Sumedang bagian barat ini memang melejit setelah adanya kawasan pendidikan pada era 1980 an. Kecamatan yang awalnya perkebunan dan perbukitan ini disulap menjadi kawasan perkotaan dan pusat bisnis.
Namun, dibalik hingar bingar Jatinangor ada sejarah mistik yang sampai saat ini masih menjadi misteri. Selain jembatan cincin dan menara loji, juga ada nama Jalan Cikuda yang terkenal dengan jalur tengkorak. Bagaimana tidak, di jalur berkelok dan curam itu memang banyak kejadian kecelakaan hingga menelan korban.
Telisik demi telisik, ternyata di Cikuda Jatinangor Sumedang itu memang ada kisah misteri yang berkaitan dengan munculnya nama Gunung Geulis. Asal usul Nama Cikuda sendiri secara etimologi berasal dari nama cai dan kuda. Cai sendiri karena di daerah Cikuda ada sumber air dan aliran sungai Cikeruh. Sedangkan nama kuda sendiri, diambil dari kuda sang putri yang diikat di sebuah pohon di daerah tikungan Cikuda.
Petunjuk Dari Mimpi
Asal usul nama Cikuda, konon pada zaman dulu ada penguasa Bandung Timur (Jatinangor) yang tidak memiliki seorang anak. Sepasang suami istri dari penguasa di Cikeruh yang sudah cukup lama hidup berumah tangga, namun belum juga dikaruniai anak. Siang malam, sang suami tak kunjung henti memohon pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sampai akhirnya, pada suatu malam ia mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa melalui sebuah mimpi. Dia harus pergi ke sebuah gunung yang berada di sebelah timur dari desanya. Ia harus bertapa di lereng gunung tersebut.
Pada pagi harinya, ketika terbangun dari tidurnya, ia menceritakan mimpinya itu kepada istrinya. Usai suaminya menceritakan mimpinya, sang istri menghela nafas, tersenyum dan menganjurkan agar suaminya segera melaksanakan petunjuk yang datang melalui mimpi tersebut. Maka, berangkatlah sang suami mencari gunung yang akan dijadikan sebagai tempat untuk bertapa. Setelah menemukan gunung yang dimaksud, sesuai dengan petunjuk dalam mimpinya, ia mulai bertapa yang harus dijalaninya selama empat puluh hari empat puluh malam.
Pada malam terakhir, ia didatangi oleh seorang putri yang sangat cantik. Putri itu tak lain adalah mahluk gaib penunggu gunung tersebut. Melihat putri yang sangat cantik jelita, ia jatuh hati, dan lupa akan niatnya semula. Akhirnya, ia menikah dengan putri itu, putri yang sebenarnya adalah penjelmaan dari seekor seekor ular besar.
Tempat Kuda Diikat Menjadi Asal Usul Nama Cikuda
Setelah berbulan-bulan menunggu tapi sang suaminya tak kunjung datang istrinya mencari di mana suaminya berada. Sampai akhirnya ia menemukan suaminya sedang dililit oleh seekor ular besar. Ia terkejut dan takut akan keselamatan suaminya. Namun rasa sayang pada suaminya telah membangkitkan keberaniannya. Ia mencari cara untuk menyelamatkan suaminya. Ia menjerat ular tersebut. Setelah ular berhasil dijerat, ia mencari seekor kuda dan menyeret ular tersebut, dibawa turun dari lereng gunung. Setelah sampai di suatu tempat, kudanya diikat pada sebatang pohon. Tempat itu, sekarang dikenal dengan nama Cikuda.
Sang suami, yang diam-diam mengikuti perjalanan sang istri, ketika dilihatnya ular itu akan dibunuh oleh istrinya, segera menghalangi perbuatan istrinya. Rupanya yang dilihat oleh suaminya itu bukan seekor ular, tetapi seorang putri yang cantik jelita. Karena kesal maksudnya hendak membunuh ular dihalangi oleh suaminya, sang istri jadi kalap. Ular dan suaminya ia bunuh.
Seminggu kemudian, bangkai ular dan jasad suaminya hilang tanpa bekas. Konon katanya, jasad suaminya itu telah berubah wujud menjadi ular, kemudian hidup di gunung tersebut. Gunung itu dikenal dengan nama Gunung Geulis, sebuah gunung yang ada di daerah Jatinangor Kabupaten Sumedang.
Bahkan sampai sekarang, kerap muncul ular sanca besar yang ketahuan warga di Dusun Margalaksana Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor. Ular itu kemudian diamankan untuk menghindari hal hal yang tak diinginkan, pada 12 Januari 2022. Tak berselang lama, warga juga kembali menemukan ular sanca sepanjang 3 meter dengan bobot 15 Kg di Dusun Cikuda Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor, Rabu (16/2/2022).