TANJUNGSARI – Mengantisipasi penyebaran penularan virus Covid 19, Pos Gabungan Siaga Bencana Jabar melakukan penyemprotan cairan disinsfektan ke sejumlah wilayah di Kecamatan Jatinangor dan Tanjungsari. Khusus di Tanjungsari relawan bencana Jabar itu melakukan penyemprotan ke rumah warga di Perum Green Alamanda Residence Desa Raharja Kecamatan Tanjungsari yang terpapar Covid 19.
Anggota Relawan Bencana Jabar, Dodi Setiadi mengatakan penyemprotan itu berdasarkan hasil laporan warga bahwa ada salah seorang warganya yang terpapar Covid 19 dan sedang menjalani isolasi mandiri di rumahnya. Namun, karena belum ada tindakan dari pemerintah setempat, sehingga warga khawatir dengan kondisi warga isoman dan takut menyebarkan virus.
“Sehingga, antisipasinya setelah 14 hari isoman, kami melakukan penyemprotan cairan disinsfektan ke sejumlah rumah warga, masjid, fasilitas umum dan rumah warga yang positif Covid 19. Kami juga melakukan sosialisasi dan pengarahan ke warga bahwa pasien isoman itu jangan dikucilkan, justru harus dipantau dan bantu,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Mikki itu menambahkan, selain bergerak di relawan bencana, pihaknya juga siap diperbantukan untuk penanggulangan bencana penyakit seperti Covid sampai pemulasaran jenazah pasien covid.
“Kalau dibutuhkan, dan di masyarakat tidak ada yang mau menguburkan atau memulasarkan jenazah, kami siap demi kemanusiaan. Karena Covid itu bukan aib, tapi harus dibantu dan diperhatikan,” ujarnya.
Sementara itu, Pasien Isoman Deuis Sumiati mengaku sangat bersyukur rumahnya disemprot cairan disinsfektan. Sebab dirinya sudah 14 hari menjalani isoman sejak Senin 12 Juli lalu dinyatakan terpapar Covid 19 hasil antigen. Selanjutnya pada 17 Juli dilakukan tes PCR di Puskesmas Margajaya dengan hasil positif. Namun, sejak di isoman dirinya mengaku sehat sehat saja, meskipun ada gejala hanya pusing dan mual mual.
“Saya terpapar di RS AL ISLAM Bandung saat merawat adik saya selama 8 hari. Karena memang kurang tidur, dan kecapaian, jadi sakit flu dan pusing pusing. Takut terpapar Covid 19, kemudian saya di tes anti gen di Klinik swasta dan hasilnya positif. Kemudian, sesuai arahan pihak klinik, saya menjalani isoman dan minum obat obatan serta vitamin. Oleh Puskesmas Margajaya disarankan tes swab PCR dan hasilnya positif,” ujarnya.
Menurut Deuis, sejak isoman hari pertama sampai 14 hari, dirinya merasa tak mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat (tim gugus tugas desa). Selama ini, bentuk perhatian warga isoman seperti makan, sembako, dan vitamin, didapatkan dari swadaya warga perumahan.
“Alhamdulillah kalau bantuan makan mah ada dari warga. Bahkan sampai suami dan anak saya juga diperhatikan. Saya mengucapkan terimakasih sekali kepada warga yang telah membantu, juga pihak pihak terkait yang telah mendorong baik moril maupun materil,” ujarnya.
Pantauan wartawan, selain isoman melawan ganasnya virus Covid 19, Deuis juga harus merawat anak laki laki nya yang berkebutuhan khusus. Anaknya, kerap marah dan emosi tak tertahan ketika makan telat, atau keinginan tak terpenuhi. Bahkan, tak jarang dirinya mendapat perlakuan kasar dari anaknya selama isoman.
“Anak saya yang difable, isoman sama saya. Karena nurutnya sama saya. Kalau anak perempuan saya diungsikan ke neneknya di Garut. Sementara suami saya diungsikan ke rumah tetangga yang rumahnya kosong,” tandasnya.