SUMEDANG, 2 Desember 2024 – Banjir musiman yang melanda beberapa wilayah di Kecamatan Cimanggung, Sumedang, menjadi sorotan anggota DPRD khususnya di Dapil 5 (Cimanggung Jatinangor). Daerah terparah yang menjadi langganan banjir adalah Desa Cihanjuang, yang memang berada di bantaran Sungai Cimande.
Menanggapi hal itu, Anggota DPRD Kabupaten Sumedang dari dapil 5 Jatinangor-Cimanggung melayangkan protes keras kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) yang dinilai tidak serius menangani permasalahan tersebut. Masalah sendimentasi dan pendangkalan serta rusaknya area hulu Sungai menjadi penyebab meluapnya Sungai Cimande.
Oleh karena itu wakil rakyat itu langsung turun ke lokasi banjir untuk melihat kondisi warga terdampak.
Ketua Fraksi Partai Golkar Kabupaten Sumedang, Asep Kurnia, bersama Riki Kadarsyah (PAN), Lady Puspita (Golkar), dan Cucu Perawati (PDIP), menyatakan ketidakpuasannya terhadap BBWS dan pemerintah daerah yang dianggap lambat bertindak.
“Kasihan warga, ini sudah berkali-kali terjadi! Kita selalu mengingatkan agar banjir tidak hanya ditangani saat musim penghujan tiba,” ujar Asep Kurnia kepada wartawan, Senin (2/12/2024).
Ia menambahkan bahwa upaya normalisasi Sungai Cimande seharusnya dilakukan saat musim kemarau, bukan menunggu ketika sudah banjir.
“Percuma normalisasi dilakukan di musim penghujan, hasilnya tidak maksimal. Sungai harus ditata ketika debit air rendah, sehingga ketika hujan tiba, banjir dapat diminimalisir,” imbuhnya.
Saat berada di lokasi banjir di Desa Cihanjuang, Asep Kurnia bahkan langsung melakukan video call dengan Ketua DPRD Sumedang, Sidik Jafar, untuk mendesak langkah konkret pemerintah daerah.
“Kami ingin ini menjadi perhatian utama. Jangan tunggu ada korban lebih banyak lagi baru bertindak. Banjir ini adalah bukti ketidakseriusan pemerintah dalam melindungi masyarakat,” tegas Asep seraya nada kesal.
Kritik keras dari anggota DPRD ini diharapkan menjadi peringatan bagi BBWS dan pemerintah daerah agar lebih sigap dan terencana dalam menangani permasalahan banjir yang terus menghantui warga Cimanggung. Warga kini menanti aksi nyata, bukan sekadar janji-janji manis tanpa realisasi.
