SUMEDANG – Genap berusia 90 tahun, Kecamatan Jatinangor merayakan hari jadinya dengan nuansa penuh refleksi dan harapan, digelar di halaman Kantor Kecamatan Jatinangor, Kamis, 17 Juli 2025.
Mengusung tema Jagrag Jagat, peringatan kali ini tak sekadar menjadi seremoni rutin, namun dimaknai sebagai momentum memperkuat jati diri, melestarikan budaya, dan meneguhkan arah pembangunan ke depan.
Rangkaian kegiatan dimulai dari bazar UMKM perwakilan desa, pelayanan kesehatan gratis, donor darah, hingga santunan bagi 100 dhuafa dan anak yatim melalui program Nya’ah Ka Indung.
Di panggung seni, warga disuguhi pertunjukan kecapi rajah, tari tradisional, dan sisingaan—cerminan kebudayaan lokal yang terus hidup di tengah derasnya arus digitalisasi.
Puncak perayaan ditandai kehadiran Wakil Bupati Sumedang, M. Fajar Aldila. Disambut antusias warga, Fajar bahkan sempat menaiki sisingaan, memantik sorak sorai dan kebanggaan masyarakat.
“Usia 90 tahun adalah tonggak luar biasa. Jatinangor bukan sekadar catatan sejarah, tapi penentu masa depan. Kami serius menjadikan kawasan ini sebagai wajah kemajuan Sumedang bagian timur,” ujar Fajar dalam sambutannya.
Ia menekankan sejumlah prioritas pembangunan di wilayah Jatinangor, mulai dari perbaikan infrastruktur jalan, penataan kabel udara ke bawah tanah, hingga penguatan citra sebagai City of Innovation dalam kerangka Smart City.
“Jatinangor harus naik kelas. Diperlukan pelayanan terpadu lintas wilayah, dan pemimpin lokal dengan visi besar dan mental melayani,” ujarnya.
Plt Camat Jatinangor, Endang Rohmayudi, menggarisbawahi empat hikmah dari peringatan milangkala kali ini: tumbuhnya semangat nyaah lembur atau cinta kampung, pentingnya kekompakan warga, dukungan terhadap UMKM, serta pelestarian budaya.
“Kita boleh dikenal sebagai pusat pengetahuan digital, tapi nilai-nilai para karuhun tetap harus jadi pondasi,” katanya.
Endang juga berharap pemerintah daerah tak lagi menomorduakan Jatinangor. “Masih banyak jalan yang rusak. Kami butuh perhatian lebih. Jangan terus-terusan jadi anak tiri,” ujarnya tegas.
Dari sisi sejarah, sesepuh Jatinangor, Ismet Suparmat, menyebut penetapan hari jadi ini sebagai bagian dari pelurusan sejarah. “Jatinangor sudah ada sejak 1935. Dulu namanya Kecamatan Cikeruh. Baru tahun 2000 berubah jadi Kecamatan Jatinangor,” ungkapnya.
Menurut Ismet, sejarah panjang itu bukan sekadar masa lalu. “Kita boleh maju secara digital, tapi tetap harus hormat pada karuhun. Di situ kekuatan kita,” katanya.
Dengan semangat Jagrag Jagat, Jatinangor tak sekadar memperingati usia, tapi juga meneguhkan arah: tumbuh sebagai kawasan strategis, berbudaya, dan kompetitif dalam peta pembangunan Jawa Barat dan nasional.