Tradisi Munggahan Jelang Ramadhan, Warga Sumedang Perlu Tahu Biar Tak Gagal Paham

Tradisi Munggahan
BERKUMPUL: Warga di melakukan makan bersama dalam acara Munggahan di salah satu Kelurahan/ poto Instagram @kelurahan karang mekar

INISUMEDANG.COM – Munggahan merupakam tradisi umat Islam suku Sunda. Untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang biasanya dilakukan pada akhir bulan Sya’ban.

Adapun bentuk pelaksanaannya cukup bervariasi, umumnya berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama, saling bermaaf- maafan, dan berdoa bersama.

Perlu diketahui bahwa munggahan berasal dari kata bahasa sunda ‘Munggah’ yang artinya berjalan, naik atau keluar dari kebiasaan kehidupan sehari-hari.

Kata Munggahan ini sendiri berasal dari Bahasa Sunda yaitu “unggah” yang mempunyai arti kata naek ka tempat nu leuwih luhur atau naik ketempat yang lebih tinggi. (Danadibrata, 2006:727)

Ini Baca Juga :  Tips Perbaiki HP Android Mati Total yang Bisa Kalian Coba dengan Mudah

Atau munggahan dapat diartikan maksudnya adalah naik menjadi pribadi yang lebih baik atau lebih tinggi derajatnya. Karena akan memasuki bulan suci ramadhan yang diharapkan selama bulan suci tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Karena itu dalam menyambut bulan Ramadan munggahan sudah menjadi tradisi yang kuat bagi umat muslim yang berada di Indonesia khususnya suku Jawa dan Sunda.

Biasanya kegiatan “munggah” pada umumnya dilakukan baik oleh individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat. Masyarakat biasanya menonjolkan berupa beberapa kegiatan mandi besar atau bersuci, lalu memukul/ngadulag bedug usai shalat subuh hingga menjelang malam pertama Ramadhan, dan acara bersih-bersih makam, serta makan bersama.

Ini Baca Juga :  Jelang Idul Adha, Inilah 5 Amalan yang Wajib Kamu Ketahui

Menurut Ustadz Abdullah asal Darmaraja Sumedang menuturkan bahwa tradisi-tradisi yang baik itu bukan hanya sekadar karangan manusia belaka. Akan tetapi juga merupakan tradisi turun-temurun dari orang tua, guru, dan sesepuh.

“Semua itu sungguh tidak melanggar ajaran agama. Tetapi justru mengikuti anjuran agama karena di dalamnya terkandung makna silaturrahmi, sedekah, saling menghormati, dan tolong menolong,” terangnya.

Ia mengimbau kepada umat Islam, terutama warga Nahdlatul Ulama (NU) agar jangan sampai meninggalkan tradisi nusantara yang sudah baik dan melekat di kehidupan masyarakat Bumi Pertiwi itu.

Ini Baca Juga :  Menyambut Hari Bhayangkara Ke 74, Polres Sumedang Gelar Dondar

“Kebiasaan yang sangat mulia itu menjadi ciri dari budaya bangsa kita yang merakyat dan bersahaja,” tuturnya.