Tantangan dan Harapan Petani Milenial, ini Kata Pengurus ICMI Muda Sumedang

INISUMEDANG.COM – Banyak tantangan sekaligus harapan wabil khusus petani milenial di Kabupaten Sumedang Jawa Barat.

Pasalnya saat ini dirasakan oleh sebagian petani milenial belum seluruhnya sesuai dengan harapan mereka.

Hal tersebut diungkapkan pengurus Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Muda (ICMI Muda) Kabupaten Sumedang Asep Rifda Nugraha, STh Ahad (26/12/21).

“Kami berharap kepada pemerintah dapat menfasilitasi para Petani milenial karena bisa membantu mengoptimalkan potensi daerah dan kearifan lokal untuk mendorong kemandirian pertanian dan peternakan,” ungkap Asep Rifda Nugraha kepada inisumedang.com, Ahad (26/12/21).

Ini Baca Juga :  Terdampak 'Gempa Bumi Tasikmalaya' Begini Kondisi Rumah Pengasingan Cut Nyak Dien di Sumedang

Dikatakan Asep, bertani itu keren. Tapi permasalahannya memang agak komplek, mengapa muda-mudi kurang tertarik ke arah situ. Karena masih perlu dorongan dan perhatian dari pemerintah terhadap sub usaha ini.

“Mulai dari distribusi tanah untuk mendapatkan lahan HGU yang berhektar-hektar itu dirasakan oleh kami masih sangat sulit,” jelasnya.

Campur Tangan Pemerintah Untuk Memecahkan Permasalahan Petani Milenial

Lebih jauh ia mengatakan, dengan banyaknya ‘permasalahan’ dilapangan maka perlu perlu campur tangan pemerintah dalam hal kebijakan dan lain sebagainnya

“Kami butuh peran pemerintah terutama untuk menstabilnya harga pasar. Jadi bertani kita itu ibarat kita main judi hari ini bisa wah, besok bisa drop”. Ujarnya.

Ini Baca Juga :  Momen HUT ke-60, bank bjb Tebar Promo Lucky Birthday 2021

Kemudian Permodalan, lanjut Asep, dirinya merasakan sendiri modal bertani itu cukup menguras isi dompet dengan hasil ke depan yang belum pasti.

“Karena berbagai faktor tadi seperti akses ke Bank itu agak sulit bagi kami karena berbagai kelemahan kami yang hanya punya modalnya pas-pasan,” imbuhnya.

Asep Rifda menambahkan, Kemajuan saint teknologi pertanian juga masih kurang dirasakan oleh petani.

“Maka tak heran cara konvensional yang dari zaman purba lahir sampai abad 21 masih di pakai oleh petani kita”. Tuturnya.

Ini Baca Juga :  Soal Arteria Dahlan Yang Menyinggung Bahasa Sunda, Begini Tanggapan Tokoh Sunda di Sumedang

Asep mencontohkan, mencangkul menggunakan cangkul, tidak seperti di negara lain seperti jepang, dengan luas lahan pertanian yang pas-pasan jika di banding Indonesia, Jepang untuk menstimulan kaum muda melirik pertanian pemerintah memantik semuanya seperti yang di sudah diulas tadi dan mensupport alat pertanian dengan teknologi muktahir.

“Di kita sudah terwujud tapi saya merasa tidak masif , coba lihat di video-video pertanian yang menggunakan teknologi modern harusnya di kita di beri akses macam itu,” pungkasnya.