INISUMEDANG.COM – Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda akhir-akhir ini. Berdampak serius terhadap para peternak Sapi Perah di kawasan Tanjungsari, Pamulihan dan Sukasari Kabupaten Sumedang. Tidak hanya berkurangnya produksi susu, namun krisis terhadap pembibitan Sapi Perah hasil pembiakan untuk generasi berikutnya.
Seperti dirasakan KSU Tandangsari salah satu koperasi pengepul susu yang berlokasi di Kecamatan Tanjungsari. Pasca PMK, pasokan susu dari para peternak Sapi Perah menurun drastis.
Kepala KSU Tandangsari H Toto menyebutkan, PMK ini sangat berpengaruh terhadap keberadaan Sapi Perah di wilayah Tanjungsari, Sukasari dan Pamulihan.
“Banyak sapi yang kena PMK, sehingga Sumedang harus mendatangkan sapi dari luar, yang tentu dengan harga lokal,” ujar dia di ruang kerjanya, Selasa (26/7/2022).
Parahnya lagi, kata Toto, tidak sedikit Peudet (anak sapi) hasil pembiakan para peternak, berjatuhan menjadi korban PKM hingga berdampak berkurangnya generasi berikutnya Sapi Perah di tiga kawasan tersebut.
“Dampak PMK ini, untuk Kabupaten Sumedang krisis pembibitan Sapi Perah untuk stok generasi berikutnya. Bahkan yang paling berat dialami para petani ini dipasca pemulihan PMK tersebut,” sebutnya.
Dikatakannya, disaat mewabah PMK, produksi susu berkurang hingga 60% untuk kebutuhan susu secara nasional. Sedangkan pasokan susu dari KSU Tandangsari sendiri hanya sekitar 20% saja.
“Koperasi ini hanya menampung susu dari para anggota (peternak sapi perah). Selanjutnya dijual ke Industri Pengelolaan Susu (IPS) di Bandung,” jelasnya.
Disebutkan, KSU Tandangsari memiliki 800 anggota peternak sapi perah. Yang tersebar di wilayah Tanjungsari, Pamulihan dan Sukasari sebagai produksi susu12 ton perhari.