SUMEDANG – Kasus Deman Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumedang meningkat tajam selama tahun 2024.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumedang, ada 2341 kasus DBD di Kabupaten Sumedang dengan jumlah kematian 7 orang hingga bulan Oktober 2024 kemarin.
“Iya, berdasarkan data yang dapatkan oleh Dinkes Sumedang,
sampai bulan Oktober 2024 kemarin, tercatat ada 2341 kasus DBD dengan jumlah kematian 7 orang, dengan rincian 3 orang di Kecamatan Jatinangor, 1 orang di Sumedang Utara, 1 orang di Tomo, 1 orang di Jatinunggal, dan 1 orang di Ujungjaya,” kata Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Sumedang Aan Suganda kepada wartawan, Jumat 15 November 2024.
Menurut Aan, angka tersebut mengalami peningkatan yang signifikan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2023 yang hanya mencapai 1.308 kasus dengan jumlah kematian 3 orang.
“Tahun adalah puncak tertinggi DBD di Sumedang setelah tahun 2022 yang mencapai 2000 kasus atau dua tahun terakhir dengan jumlah kematian 3 orang seperti tahun 2023,” kata Aan.
Aan menuturkan, di setiap tahunnya, Dinkes Sumedang menargetkan untuk menekan potensi penyakit DBD sampai 0 persen. Namun, nyamuk aedes aegypti kerap tetap berkembang biak di tempat-tempat yang tidak dibersihkan.
“Jangan melihat angka kematian akibat DBD banyak, tapi bagaimana caranya kami menekan jumlah kematian akibat DBD,” ucapnya.
Aan menyebutkan, tingginya kasus DBD dimungkinkan karena tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kian hari kian menurun.
Untuk itu, tambah Aan, Pj Bupati Sumedang telah menerbitkan 2 kali surat edaran mengenai PSN.
“Dulu kegiatan Jumat bersih (jumsih) menjadi kegiatan biasa. Tapi sekarang kalau tidak ada instruksi rasanya warga malas melaksanakan jumsih. Padahal pada musim kemarau seharusnya nyamuk Aedes aegypti ini tidak ada. Akan tetapi adanya media seperti air penampungan yang tidak ditutup, dispenser dan media lainnya, maka nyamuk bisa berkembang biak,” tuturnya.
Untuk itu, tambah Aan, bila PSN benar-benar dilaksanakan dengan baik. Maka nyamuk aedes aegypti dipastikan tidak akan berkembang biak.
“Di musim hujan dimana banyak genangan genangan air yang alasnya bukan tanah menyebabkan nyamuk akan terus berkembang biak. Contoh di kebun ketika ada bambu dipotong kemudian ada genangan air, maka disitulah tempat nyamuk aedes aegypti. Dengan kejadian ini kami mengingatkan warga untuk tetap menjaga kesehatan lingkungan dengan cara melakukan PSN,” kata Aan menandaskan.