Sumedang, 24 Juli 2025 – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP), terus berupaya menggencarkan berbagai langkah strategis dalam rangka memperkuat ketahanan pangan.
Untuk mencapai memperkuat ketahan pangan itu, berbagai
program dilakukan, di antaranya dengan pendekatan inovatif, mulai dari peningkatan produktivitas pertanian, cadangan pangan, hingga upaya stabilisasi harga di pasar.
Kepala DPKP Sumedang, Tono Suhartono, menyampaikan bahwa lahan baku pertanian di Kabupaten Sumedang mencapai 27.278 hektare. Pada 2025, Pemkab menargetkan luas tanam mencapai 76.827 hektare.
“Hingga pertengahan 2025 ini, sudah 40.500 hektare lahan yang berhasil ditanami, atau lebih dari 50 persen dari target,” ujar Tono di kantor DPKP.
Adapun strategi ketahanan pangan Sumedang, kata Tono, yaitu mencakup tiga fokus utama, yakni peningkatan produksi pertanian, penguatan cadangan pangan daerah, serta pengendalian harga komoditas.
Tono menyebutkan, jika pada saat ini, stok cadangan pangan Pemkab Sumedang tercatat sekitar 140.843 ton.
“Upaya kami mendorong produktivitas, sekaligus menjaga pasokan pangan tetap stabil di tengah dinamika harga, yaitu dengan memberi dukungan sarana dan prasarana bagi kelompok tani di Kabupaten Sumedang,” ungkap Tono.
Sementara untuk pengendalian inflasi, lanjut Tono, pihaknya rutin menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM). Dimana sampai pertengahan tahun ini, sudah 8 kali kegiatan GPM digelar dari total target 19 kali sepanjang 2025.
“Melalui GPM ini, kami berharap dapat menjaga stabilitas harga sekaligus meningkatkan daya beli masyarakat,” ucapnya.
Selain fokus pada kuantitas produksi, sambung Tono, pihaknya juga mendorong diversifikasi pangan melalui pengembangan pertanian berkelanjutan.
“Alhamdulillah, dalam pengembangan pertanian berkelanjutan. Salah satu proyek padi organik lokal, mampu membawa Sumedang masuk jajaran 10 besar proyek Emplasemen West Java Calent 2025 di Bogor,” ujar Tono.
Selain itu, kata Tono, Pemkab Sumedang saat ini juga sedang menyiapkan kunjungan lapangan ke Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, sebagai lokasi pengembangan program pertanian terpadu berbasis ekonomi sirkular.
“Di sana kami memproduksi pupuk organik, pakan silase, beras organik, hingga pembibitan sapi dengan target 2.000 ekor per tahun. Semua limbah dimanfaatkan kembali menjadi pupuk cair maupun padat,” jelas Tono.
Meski demikian, Tono mengaku masih mendapat adanya beberapa kendala, di antaranya pola tanam tidak serempak yang menyulitkan pengendalian hama. Serta rendahnya minat generasi milenial pada dunia pertanian.
“Di tengah kendala-kendala itu, kami terus berupaya mengakselerasi dengan melakukan pendekatan pentahelix, menggandeng pemerintah, pelaku usaha, akademisi, media, dan masyarakat untuk membangun sektor pertanian di Sumedang,” tuturnya.