SUMEDANG – Sumedang muncul sebagai daerah yang bergerak paling progresif di antara tujuh kabupaten/kota dalam kawasan ekonomi Rebana, koridor pertumbuhan baru yang tengah didorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Penilaian itu disampaikan Deputy CEO BP Rebana, Budhiana Kartawijaya, seusai memandu sesi CEO Talk dalam rangkaian West Java Investment Summit (WJIS) akhir pekan lalu.
“Kabupaten Sumedang di bawah kepemimpinan Bupati Dony Ahmad Munir bukan hanya siap menerima investasi, tapi juga telah membangun fondasi digital dan infrastruktur yang jauh lebih matang dari daerah lain,” ujarnya.
Lebih jauh Budhiana menuturkan, salah satu alasan Sumedang lebih siap menyambut pertumbuhan ekonomi baru adalah kehadiran enam akses keluar Tol Cisumdawu. Kondisi itu tidak dimiliki wilayah lain dalam ekosistem Rebana.
“Posisi Sumedang kini hanya sehitungan menit ke Bandung di barat dan Bandara Kertajati di timur. Ini menjadikannya simpul mobilitas yang sangat strategis,” kata mantan Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat tersebut.
Keunggulan Sumedang juga tampak pada ekosistem pendidikannya. Jatinangor telah lama menjadi pusat perguruan tinggi besar, sementara sejumlah kampus baru berencana membuka cabang di wilayah kota. Kehadiran institusi pendidikan ini dinilai memperkuat suplai talenta muda bagi industri manufaktur, digital, dan jasa.
Sumedang memiliki tiga bendungan besar: Jatigede, Cipanas, dan Sadawarna. Bendungan Jatigede, salah satu yang terbesar di Indonesia—menjadi sumber air baku, energi, sekaligus magnet pariwisata. Lanskap perbukitan, kuliner khas seperti tahu Sumedang, serta kekayaan budaya lokal memperkaya potensi destinasi wisata berbasis alam dan tradisi.
“Dengan akses Cisumdawu yang cepat, Sumedang punya peluang menjadi tujuan one-day trip bagi Bandung dan Cirebon, atau weekend getaway wisatawan Jabodetabek,” ujar Budhiana.
Ia menambahkan, pengembangan pariwisata harus mengusung konsep green dan smart tourism agar infrastruktur baru tidak menghilangkan karakter budaya yang sudah mengakar.
Di bidang tata kelola pemerintah, kata Budhiana, Sumedang dinilai menjadi salah satu daerah paling maju dalam digitalisasi layanan publik. Hampir seluruh layanan utama, mulai dari administrasi kependudukan hingga kesehatan, telah terintegrasi secara digital.
Dengan populasi sekitar 1,1 juta jiwa, Pemkab Sumedang mampu memantau data kesehatan, pola penyakit, dan kebutuhan pelayanan secara real time. Langkah ini menjadi pembeda yang membuat Sumedang melaju lebih cepat dibanding daerah lain.
Untuk memudahkan investor, Pemkab juga membangun portal invest.sumedangkab.go.id yang menyediakan informasi lahan, regulasi, hingga layanan investasi dalam satu alur terpadu.
Bahkan, pemerintah setempat menghadirkan dashboard transparansi fiskal yang memungkinkan publik melihat pemasukan dan pengeluaran daerah secara harian—sebuah inovasi yang jarang ditemui di level kabupaten/kota.
Serangkaian capaian tersebut menjadikan Sumedang sebagai daerah yang dinilai paling siap menghadapi perubahan ekonomi global. Menurut Budhiana, langkah Sumedang dapat menjadi rujukan bagi enam daerah lain di kawasan Rebana untuk memasuki era konektivitas baru yang digital, kompetitif, dan inklusif.
“Jawa Barat ingin menang dalam persaingan global. Kuncinya ada pada konektivitas, talenta, keberanian bertransformasi, dan kemampuan membaca arah geopolitik. Sumedang sudah memulainya,” ujarnya.






