INISUMEDANG.COM – Upaya meminimalisir sampah terutama sampah plastik di lingkungan sekolah, SMP Negeri 2 Tanjungsari yang beralamat di Dusun Awi Surat Desa Jatisari Kecamatan Tanjungsari Sumedang terus berupaya mencari langkah langkah inovatif dalam pengelolaan sampah an organik.
Tak ayal, sekolah ini menjadi pionir sekolah-sekolah lain di Tanjungsari dan Pamulihan dalam menjadikan sekolah sebagai wadah untuk membangun budaya lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan.
Kepala SMPN 2 Tanjungsari, Sudrajat mengatakan bahwa sekolahnya telah mengambil langkah-langkah inovatif dalam mengelola sampah anorganik. Inovasi tersebut meliputi pembuatan berbagai kerajinan tangan, termasuk Taman Baca Holistik yang terbuat dari limbah plastik, serta kreasi lainnya dari ecobrick.
“Tujuan dari upaya ini adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat, bersih, rindang atau asri, dan hijau. Insya allah kedepan gilirannya akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, ramah lingkungan, dan ramah anak,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, lanjut Sudrajat, pihaknya telah menginvestasikan dana sebesar Rp9 juta untuk membeli mesin reaktor bio liquid yang mampu mengolah sampah organik dari sekolah menjadi pupuk cair. Pupuk tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menyiram tanaman yang ditanam oleh para siswa.
Ia menambahkan, perubahan tersebut mulai dilakukan saat pamdemi covid-19, berawal adanya sampah bekas jajanan siswa yang berserakan di sekitar sekolah, pihak sekolah mencari solusi dengan membangun Pusat Jajanan Siswa (Pujasi), sebagai langkah awal menuju manajemen zero sampah.
“Kami (SMPN 2 Tanjungsari) dinobatkan sebagai Sekolah Berketahanan Iklim (SBI). Karena dinilai aktif dalam menjawab isu lingkungan, termasuk upaya menyelamatkan bumi dari dampak pemanasan global,” katanya.
Ia mengajak, untuk memanfaatkan sampah dan mengolahnya menjadi produk-produk yang bermanfaat, seperti tikar, kursi, dan aksesoris lampu. Meski memiliki lahan terbatas, SMPN 2 Tanjungsari berhasil merubah ruang-ruang kosong lingkungan sekolah dengan berbagai tanaman sayuran, buah-buahan, dan inovasi lainnya.
“Program penghijauan dilakukan melalui berbagai inovasi seperti program Sake Sapo, yang melibatkan penanaman jeruk santang, kami memiliki rencana untuk menanam tanaman stroberi di pagar-pagar sekolah, menciptakan wisata edukasi yang menarik,” tambahnya.
Prestasi sekolah ini tidak hanya diakui di tingkat nasional, tetapi juga mendapat perhatian dari luar negeri. Tamu dari Asia Tenggara, termasuk para tenaga pendidik, datang untuk belajar dari inovasi SMPN 2 Tanjungsari dalam program SEAMEO Regional Center for Quality Improvement of Teacher and Education Personnel in Science