Situs Taman Sari Jogjakarta Saksi Bisu Kejayaan Sri Sultan Hamengku Buwono I

Taman Sari Jogjakarta
Situs Tamansari Jogjakarta (Foto: dok Grand Tjokro

INISUMEDANG.COM – Berkelana ke kota Jogjakarta tak lengkap rasanya jika tak berkeliling ke situs keraton Jogjakarta. Dari sekian banyaknya situs bersejarah, ada satu situs yang menarik dikunjungi. Konon, di situs ini tempat dimandikannya permaisuri atau selir selir raja Jogjakarta terdahulu. Bahkan, sampai sekarang sumber mata airnya masih memancar ke atas dari resapan tanah.

Menurut orang dalem kaum atau mangkubumi, danau buatan taman sari itu dulunya tempat memandikan anak-anak raja dan selir selir raja. Setelah selir menari di bangunan dekat danau, lalu selir mandi di kolam tersebut.

“Dulu memang seperti itu tempat mandinya para selir. Sekarang dipercaya oleh pengunjung jika mencuci muka di sana wajah akan bercahaya dan bersinar,” ujarnya.

Ini Baca Juga :  Mengenal Mitos "Masangin" Melewati Caringin Kembar di Alun-alun Kidul Jogjakarta

Menurut website resmi wikipedia Taman Sari Jogjakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dapat dibandingkan dengan Taman Sari Surakarta dan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9.

Awalnya, taman yang mendapat sebutan “The Fragrant Garden” ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Ini Baca Juga :  Darongdong, Bukti Kuat Ikatan Sejarah Buahdua Sumedang Dijuluki Jogja Kedua

Taman Sari Jogjakarta Dibangun Dibekas Keraton Lama

Konon, Taman Sari Jogjakarta dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, beserta seluruh rakyatnya.

Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.

Ini Baca Juga :  Unik, Kampung di Sumedang Ini Jumlah Rumahnya Tidak Bertambah Ataupun Berkurang Sejak Berdiri

Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Sedangkan bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.