INISUMEDANG.COM – Upaya meningkatkan produktivitas tanaman cabai, tim riset Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB). Yang beranggotakan Dr. Muhammad Yusuf Abduh, Prof. Dr. Robert Manurung, Mochamad Firmansyah, S.T., M.Si., dan Khalilan Lambangsari, S.T., M.Si. Melakukan riset dengan sistem integrasi tanaman cabai dengan serangga polinator yang sudah banyak dibudidaya yaitu lebah tanpa sengat (teuweul atau klanceng).
Muhamad Aldi Nurdiansyah, S.T., M.Si. selaku asisten riset mengatakan. Bahwa hasil riset SITH ITB menunjukkan bahwa produktivitas meningkat sebesar 0,25 ton/ha dalam sekali panen. Dibandingkan tanaman cabai yang dipolinasi oleh angin saja. Pembanding tersebut digunakan karena sistem pertanian konvensional dengan penggunaan pestisida anorganik yang dapat menyebabkan tidak banyak serangga berkunjung ke bunga cabai rawit di Bukit Sandy, Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
“Penggunaan lebah tanpa sengat (Tetragonula biroi) mampu meningkatkan persentase terbentuknya buah (fruit set) sebesar 27,64 %. Dan perolehan buah (yield enhancemenet) sebesar 24,52 % dengan kunjungan lebah tertinggi pada siang hari pukul 10.00-13.00”. Terang Muhamad Aldi Nurdiansyah usai program pengabdian kepada masyarakat dengan topik “Peningkatan produktivitas tanaman holtikultura di Bukit Sandy dengan bantuan lebah tanpa sengat”. Yang diikuti oleh petani dan beberapa komunitas pertanian yang berkelanjutan di Kota Bandung, belum lama ini.
Simbiosis Mutualisme Makhluk Hidup
Menurutnya, penanganan yang salah akan membuat penurunan kualitas dan kuantitas pada hasil panen karena bersifat perishable. Seperti diketahui kehidupan makhluk hidup akan saling membutuhkan (simbiosis mutualisme). Salah satu contohnya yaitu tanaman membutuhkan bantuan serangga untuk proses terjadinya polinasi atau bertemunya benang sari dengan putik sehingga memungkinkan terjadinya pembuahan.
Kemudian serangga mendapatkan makanan berupa nektar dan polen. Fenomena tersebut terjadi di alam begitu saja dan tidak banyak orang yang memperhatikannya. Sedangkan, setiap hari tanpa disadari kita mengonsumsi buah yang dihasilkan dari interaksinya.
“Selain sistem integrasi tersebut, upaya yang dapat dilakukan petani yaitu penanganan pasca panen yang tepat. Agar mengurangi limbah dan memperpanjang masa simpan serta meningkatkan nilai ekonomi cabai rawit dengan membuat produk turunannya,” papar Dr. Ir. Rijanti Rahaju Maulani menambahkan.
Ketua tim Dr. Muhammad Yusuf Abduh berharap kegiatan diseminasi yang dilaksanakan dapat memberikan informasi kepada petani dan bertahap mampu mengurangi penggunaan pestisida anorganik. Karena akan merusak lahan pertanian dan keanekaragaman serangga polinator alaminya yang dampak akhirnya penurunan produktivitas pertanian.
“Harapan kami dengan memberikan koloni lebah tanpa sengat kepada petani. Sehingga memberikan semangat baru untuk perlahan beralih ke sistem pertanian terintegrasi dan berkelanjutan. Lebah tanpa sengat selain menjadi polinator untuk meningkatkan produktivitas. Juga menghasilkan madu dan propolis yang bisa menambah pemasukan petani,” tutup Dr. Muhammad Yusuf Abduh.
Seperti diketahui, salah satu buah yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Yaitu buah cabai rawit yang biasa dikonsumsi secara langsung maupun diolah. Namun produksi cabai rawit di Indonesia pada tahun 2021 turun sebesar 8,09 % dari tahun sebelumnya, dengan Jawa Barat menyumbang 9,91 %. Padahal, harga cabai rawit kerap naik sehingga menyebabkan petani mengalami kerugian.