Sering Lupa, Ini Perbedaan Ustadz, Kiayi, Syekh, dan Wali Allah

INISUMEDANG.COM – Di indonesia, penamaan atau sebutan kepada ulama ustad, Kiayi berbeda beda. Seiring beragamnya fluralisme dan kebudayaan di Indonesia sehingga sebutan untuk ulama atau pemuka agama tidak hanya satu nama. Berbeda dengan sebutan ulama di negara negara islam lainnya.

Sebagai orang Indonesia yang beragama muslim, wajib tahu penyebutan untuk orang-orang sebagai pemuka agama disematkan oleh orang islam. Tim redaksi inisumedang.com merangkum penyebutan yang disematkan yaitu ustadz, kyai, syech, habib, dan gus, serta wali allah. Berikut istilah dan pengertiannya.

Penyematan nama ini biasanya berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki lebih banyak dibanding orang awam. Meskipun sering ditujukan pada orang dengan keilmuan agama di atas rata-rata, ada perbedaan di antara kelimanya, yakni sebagai berikut:

  1. Ustadz
    Ustadz berasal dari Bahasa Arab yang berarti guru atau pengajar. Di indonesia penamaan Ustad sering disematkan kepada pengajar agama islam atau penceramah. Seperti halnya ustad kondang Ustad Abdul Somad, atau Ustad Adi Hidayat (UAH), serta Ustad Das’ad Latif.

“Aslinya saya tidak pernah merasa menjadi ulama, ustad, malu disebut sebagai kiai. Denger ustad ngomong kayak gitu (ceita pengalamannya) mata saya jadinya mau nangis saja,” ucap Aa Gym dalam acara Bincang Ramadan Bersama Uas dalam chanel Youtube.

Ini Baca Juga :  Benarkah Rasulullah Tidak Pernah Mengumandangkan Adzan, Begini Penjelasannya

Orang Lain Sebagai Penilai Atas Sesuatu Yang Kita Lakukan

Mendengar ucapan Aa Gym yang hendak menangis, Ustadz Somad merespon tenang. Dia berkata, yang menjadi penilai atas sesuatu yang kita lakukan adalah orang lain, bukan diri kita sendiri.

  1. Kyai
    Kyai merupakan sebutan untuk alim ulama. Masyarakat Indonesia sudah familiar dengan penyebutan ini. Pada awalnya penyebutan kyai dipakai untuk sesuatu yang dihormati, dikeramatkan, dan disakralkan. Hal tersebut juga berlaku pada benda. Namun lambat laun penyebutan kyai sekarang dikhususkan untuk orang yang disegani dan dihormati. Bahkan di Indonesia orang yang memiliki pondok pesantren meskipun tidak seterkenal ustad Abdul Somad pun, memiliki gelar Kiayi.
  2. Syekh
    Syekh berasal dari Bahasa Persia yang berarti kepala suku, pemimpin, tetua, atau raja. Syech yang berasal dari kata syah memiliki bentuk superior syahansyah yang berarti raja diraja. Di Indonesia, nama Syekh sering disematkan kepada orang yang berceramah yang berasal dari timur tengah. Seperti halnya Syech Ali Jaber.
  3. Gus
    Gus merupakan panggilan untuk anak kyai atau orang terpandang. Seperti sebutan untuk putra mahkota yang mewarisi tahta. Penyebutan gus di beberapa tempat berbeda. Seperti di Madura sebutan gus menjadi lora. Namun ada pengecualian untuk penyebutan gus yang familiar di masyarakat. Selain karena anak kyai, sebutan gus juga disematkan untuk mereka yang memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan umum yang luas.
Ini Baca Juga :  Mitos dan Fakta Beberapa Khasiat Bunga Wijaya Kusuma

Gus Penyebutan Kepada Pemuka Agama Berasal dari Organisasi NU

Di Indonesia, penyebutan nama gus sering disematkan kepada pemuka agama yang berasal dari organisasi Nahdhatul Ulama. Seperti Gus Miftah, Gusdur, dan Gus Baha.

  1. Habib
    Habib merupakan panggilan untuk orang yang telah melalui pendidikan keagamaan, sekaligus juga mempunyai nasab dengan Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia, Habib dibagi dua ada habib yang berceramah dengan gaya lembut dan penuh kharismatik seperti Habib Lutfi, Habib Novel. Dan ada habib yang ceramah dengan gaya keras atau suara lantang. Seperti Habib Bahar, Habib Riziek Shihab.
  2. Wali berasal dari bahasa Arab, yaitu al-waliy muannatsnya al- waliyyah dan bentuk jamaknya al-awliya‟ berasal dari kata walayali – walyan dan walayatan yang berarti mencintai, teman dekat, sahabat, yang menolong, sekutu, pengikut, pengasuh, dan orang yang mengurus perkara (urusan) seseorang. Wali juga sering disebut ulama penerus para sahabat Nabi untuk menyebarkan agama islam. Di Indonesia nama wali populer dengan nama wali songo.
  3. Abuya atau Buya
    Buya atau Abuya adalah kata sapaan kekeluargaan untuk orang tua laki-laki, sama dengan sapaan “ayah”. Kata ini berasal dari bahasa Arab yang bermakna “ayahku”, dengan kata dasar “abun” dan “ya”.
Ini Baca Juga :  10 Hari PPKM Darurat, 387 Orang Melanggar, Jumlah Denda Rp. 29 Juta Lebih

Di Sumatra, khususnya Minangkabau, gelar ini dapat pula merujuk kepada orang yang alim dalam ilmu agama. Seseorang dipanggil buya terutama disebabkan pemahamannya yang mendalam terkait pengetahuan agama. Istilah buya kerap diasosiasikan dengan kiai di Jawa. Namun, posisi buya di Minang tidak sesakral kiai. Di Jawa seorang santri sangat takut kepada kiainya, bahkan ketika kiai menjelaskan kitab, sangat jarang ditemukan santri yang mau mengkritik kiainya.

Di Indonesia, penamaan nama Buya seperti Buya Hamka, Buya Yahya, dan di Sumedang Abuya KH KH Muhyidin Abdul Qadir Al Manafi MA pimpinan Ponpes Internasional As Syifa Walmahmudiyah Sumedang.