Seni Tarawangsa Rancakalong Sumedang, Budaya Unsur Mistis Lahir Akibat Bencana Kelaparan di Abad -18

Seni Tarawangsa/Poto Dokumentasi pribadi/Internet

INISUMEDANG.COM – Seni Tarawangsa Rancakalong Sumedang Jabar ini, merupakan kesenian yang syarat nilai kebudayaan dan Histori yang memiliki keunikan tersendiri. Kesenian ini mengandung unsur mistik karena sang penari kerapkali tak sadar diri.

Menurut cerita rakyat turun temurun seperti dilansir Chanel YouTube Budaya.Indo. Pada zaman kekuasaan Mataram (1550), penduduk Rancakalong terjadi musibah kelaparan karena mengalami gagal panen lantaran kemarau panjang secara terus menerus, bahkan tanaman padi terserang hama.

Akibatnya, tidak sedikit masyarakat meninggal dunia sehingga mencoba menanam tanaman alternatif pengganti padi yaitu Hanjeli. Panen Hanjeli cukup berhasil, namun lagi-lagi bencana datang kepada seorang petani. Dia terperosok ke dalam penggilan Hanjeli hingga tewas.

Ini Baca Juga :  12 Budaya Asal Sumedang Diakui di Provinsi dan Nasional Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Sejak peristiwa itu, penduduk Rancakalong kembali berniat menanam padi sebagai sumber makanan pokok. Namun waktu itu, masyarakat kesulitan memperoleh benih padi berkualitas baik.

Masyarakat kemudian bermusyawarah mencari solusi, dan sepakat mengirim utusan pergi ke Mataram untuk mendapatkan benih padi yang baik. Dan utusan itu berhasil memperoleh benih padi berkualitas.

Namun menurut sebuah versi, benih padi yang diambil para utusan itu diperoleh dengan cara mencuri, sehingga untuk membawanya ke Rancakalong Sumedang, mereka membuat alat musik Jentreng dan Tarawangsa untu menyembunyikan benih padi yang didapat.

Ini Baca Juga :  Komisi I, Pemkab Mesti Siapkan Opsi Pilkades Serentak di Tengah Merebaknya Corona

Seni Tarawangsa Selain Mempunyai Makna Sejarah, Kesenian ini Termasuk Seni Karawitan Kuno Khas Sunda

Dengan padi yang berhasil diperoleh itu, penduduk Rancakalong kembali bisa menjadikan padi sebagai makanan pokok. Sehingga sekarang Seni Tarawangsa dan Seni Jentreng ini, dianggap memiliki makna sejarah yang masih dipercaya masyarakat Rancakalong.

Seni Tarawangsa sebagai media rasa syukur atas kembali melimpahnya panen padi, dan media menyambut Dewi Sri yang dipercaya memberi kemakmuran bagi masyarakat Rancakalong. Tanama padi dipercaya sebagai titisan Dewi Sri sesuai aliran Budisme Wajrayana yang pernah berkembang di tatar Sunda.

Ini Baca Juga :  Menjelajahi Keindahan Candi Sewu: Warisan Budaya Megah di Jawa Tengah

Tarawangsa juga sebagai media ungkapan terimakasih atas jasa para leluhur yang telah membawa benih padi dari Mataram ke Rancakalong. Bahkan sebagian media hiburan untuk masyarakat Rancakalong sendiri.

Disebutkan, Tarawangsa berdasarkan naskah kuno Sunda Sewaka Darma yang ditulis pada tahun 1518, sudah disebut salah satu alat musik dari tiga jenis seni Karawitan kuno khas Sunda di masa Hindu-Budha pada abad -15 Masehi.