INISUMEDANG.COM – Seni Koromong atau orang Sumedang sebut Koromong. Merupakan Kesenian asli Dusun Cikubang Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Seni Koromong disebut-sebut Sasaka Pusaka 16 Rancakalong, semacam alat seni tabuh warisan leluhur masyarakat Cikubang. Namun kesenian ini tidak sepopuler Sasaka Pusaka 17 Rancakalong yaitu seni tradisi Tarawangsa dan Ngalaksa.
Menurut warga Cikubang Nandang Mulyana mengatakan, sejarah asal usul Kesenian Koromong merupakan warisan Sunan Bonang di abad-15. Selain sarana hiburan, kesenian juga ada unsur mistis yang dipercaya pembawa kesuburan pertanian.
Dikatakan, perangkat alat seni Koromong terdiri seni tabuhan dan gendang yang widitranya atau alat musiknya terbuat dari perungu. Biasanya kesenian ini dipentaskan dalam tradisi menyambut panen raya atau menyambut Maulid Nabi.
“Uniknya, meskipun hampir mirip dengan musik Gamelan Degung. Namun seni musik Koromong dimainkan tanpa sinden atau juru kawih, “ujar Nandang di Cikubang, Selasa (15/3/2022)
Kisah adanya Seni Koromong Cikubang, lanjutnya, di sekitar abad-15 pertanian diwilayah Cikubang mengalami gagal panen yaitu biji padi hapa atau tidak berisi.
Kejadian tersebut masyarakat Cikubang sedih, maka seorang pemangku adat bernama Eyang Santing yang akrab dipanggil Eyang Ating melakukan tafakur dan puasa di saung sawah selama 40 hari.
“Katika ke-40 harinya, Eyang Ating bertafakur, mendapat ilafat atau petunjuk gaib bahwa dia harus melakukan perjalanan ke arah sebelah barat Sumedang,” tuturnya.
Gagal Panen Sebagai Awal Mula Kromong Yang Dimainkan Sunan Bonang
Saat di perjalanan tepatnya di daerah Ujungjaya, Eyang Santing bertemu dengan Sunan Bonang bersama rombongan Kromong. Ketika itu Sunan Bonang menanyakan, tempat tinggal Eyang Santing.
“Namun Eyang Santing tidak memberi tahu dimana dia tinggal, malah ngajak Sunan Bonang dan rombongan Kromongnya mengikuti jejak langkah Eyang Santing menuju tempat tinggalnya,” katanya.
Ketika tiba di Dusun Cikubang, Sunan Bonang kembali bertanya ke Eyang Santing. Maka Eyang Santing mengaku bahwa dialah sebenarnya, dan dia pun bercerita tentang kegagalan panen.
Setelah tahu bahwa itulah Eyang Santing, maka Sunan Bonang langsung menabuh mainkan alat musik Koromong selama 2 minggu berturut-turut. Anehnya, tanah di wilayah Cikubang kembali menjadi subur.
Namun ketika selesai memainkan kesenian Koromong, Sunan Bonang serta rombongan tiba-tiba pergi entah kemana, tanpa pamit ke Eyang Santing, sementara alat-alat musik Koromongnya ditinggalkan di Cikubang.
“Saat ini, widitra atau alat-alat musik Koromong masih tersimpan keasliannya dirumah keturunan Eyang Santing yaitu padepokan Koromong di Dusun Cikubang, dan saya sebagai keturunan ke-6 Eyang Santing,” ungkap Nandang Mulyana.
Dulu, menabuh atau memainkan alat musik Koromong ini khusus di padepokan, namun sekarang bisa diluar padepokan, bahkan bisa pentaskan kemana-mana.
“Sampai sekarang, widitra Koromong masih tetap terjaga keasliannya dan disimpan oleh garis keturunan Eyang Santing,” katanya.