Berita  

Sawah Pertama di Wilayah Priangan Ternyata Dibuka di Sumedang

Sawah pertama di Priangan
Potret Pesawahan di Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang (Istimewa)

INISUMEDANG.COM – Bertani atau bercocok tanam di sawah adalah salah satu mata pencaharian yang hingga kini masih menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Menurut naskah Carita Parahyangan dan Wawacan Sulanjana yang menceriterakan sejarah tabah Sunda yang menunjukkan bahwa masyarakat Sunda sebagai peladang (ngahuma).

Di Priangan sendiri, sistem pertanian sawah bagi suku Sunda mulai dikenal sekitar abad ke-18. Dari orang-orang yang sengaja didatangkan VOC dari Mataram setelah sebelumnya pada abad ke-17 Sumedanglarang dikuasai Mataram. Dan sejak itulah cikal bakal tradisi bersawah di tatar Sunda dikenal.

Ini Baca Juga :  8 Titik Ruas Jalan di Kecamatan Ganeas, Cimalaka dan Cisarua Sumedang Akan Dibangun, Berikut Datanya

VOC sengaja membuka daerah baru untuk menghasilkan pangan yaitu melalui pertanian sawah. Selain itu, VOC mengarahkan masyarakat Sunda agar hidup menetap dalam perkampungan.

Berdasarkan dokumen VOC, sawah pertama di Priangan dibuka di Conggeang Kabupaten Sumedang. Sawah itu dikerjakan orang-orang dari Banyumas yang datang dengan peralatan lengkap termasuk kerbau.

Sawah Pertama di Priangan pada Abad ke-17, Sementara di Indramayu Awal Abad ke-19

Sementara di Indramayu, yang menjadi lumbung padi, sawah pertama baru dibuka awal abad ke-19 yang merupakan dimulainya Perluasan sawah di Priangan. Yang dilakukan tahun 1750 di kawasan Sumedang dan Tasikmalaya.

Ini Baca Juga :  Senopati Jatinangor Hill, Hunian Ramah Lingkungan Berkonsep Alam di Sumedang

Dilansir dari berbagai sumber, suku Sunda yang dikenal sebagai peladang atau mengolah huma. Munculnya tradisi menyawah membuat adanya perubahan tradisi mengolah dari lahan kering menjadi sawah.

Perubahan ini terjadi mulai dari peralatan, tehnik dan cara pengerjaannya, sampai kebutuhan akan air. Karena menanam padi di lahan basah sangat membutuhkan air yang cukup.

Seiring masuknya tradisi menyawah, membuat munculnya tradisi baru dalam menanam padi di sawah. Dan proses menanam padi di lahan sawah sangat banyak dipengaruhi oleh budaya Jawa.

Ini Baca Juga :  Gegara Pasang Bendera Partai, Dua Warga di Sumedang Tersengat Listrik

Adapun tradisi ini, hingga kini masih ada yang menjaganya seperti tradisi nyalin, yaitu upacara adat ngala indung pare dengan memilih buah padi yang bagus untuk disimpan di leuit (tempat menyimpan padi) yang nantinya akan dijadikan bibit untuk musim tanam berikutnya.

Berdasarkan asal usulnya, upacara nyalin ini erat kaitannya dengan upacara adat sebelumnya, yaitu nyawen dan Mapag Sri.

Seperti diketahui, kedua tradisi ini hingga kini masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat di wilayah Kabupaten Sumedang.