INISUMEDANG.COM – Prabu Gajah Agung atau Atmabrata merupakan anak kedua dari Prabu Tajimalela (Batara Tuntang Buana).
Prabu Tajimalela dikenal pula dengan nama Prabu Agung Resi Cakrabuana dan dianggap sebagai tokoh utama di balik berdirinya Kerajaan Sumedang Larang.
Ia memiliki tiga orang putra, yakni Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun. Dan Prabu Tajimalela adalah anak dari Prabu Aji Putih.
Prabu Aji Putih adalah putra Aria Bima Raksa Senapati Galuh-cucu Wretikandayun pendiri Kerajaan Galuh.
Prabu Aji Putih mendirikan Kerajaan Sumedang Larang (678-721 M) atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran.
Kerajaan Sumedang Larang awalnya bernama Kerajaan Tembong Agung. Tembong Agung mengandung makna sebuah kerajaan yang tampak agung atau mulia. Terletak di Citembong Girang, Kecamatan Ganeas sekarang sebelum dipindahkan ke Muhara, Leuwi Hideung, Darmaraja sekarang.
Setelah Prabu Aji Putih meninggal, Kerajaan Tembong Agung diteruskan oleh putranya, Batara Tuntang Buana yang lebih dikenal Prabu Tajimalela.
Setelah Prabu Aji Putih Meninggal Kerajaan Tembong Agung Diubah Menjadi Kerajaan Sumedang Larang
Sejak itu Nama Kerajaan Tembong Agung kemudian diubah menjadi Kerajaan Sumedang Larang.
Dilansir IniSumedang.Com dari berbagai sumber. Sebelum Prabu Tajimalela meninggal ia mengumpulkan ketiga putranya yaitu Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun.
Wasiat yang teramat berharga, yaitu tentang regenerasi takhta Kerajaan Sumedang Larang. Takhta kerajaan itu di berikan kepada Prabu Lembu Agung sebagai anak tertua, dan sebagai wakilnya diberikan kepada Prabu Gajah Agung.
Namun di luar dugaan, kedua putranya tersebut menolak menjadi raja. Sungguh kenyataan yang tak pernah terpikirkan di benak Prabu Agung Resi Cakrabuana.
Untuk menghindari kekosongan kepemimpinan mengingat Sunan Geusan Ulun masih belum cukup umur, akhirnya Prabu Tajimalela mencari akal.
Mereka berdua yakni Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung diberikan ujian, apabila lulus dari ujian maka pilihan mereka untuk menjadi resi dikabulkan, akan tetapi sebaliknya jika gugur dalam ujian tersebut mereka harus memenuhi keinganan sang ayahnda untuk meneruskan tahta Kerajaan Sumedang Larang.
Ujian yang diberikan kepada Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung adalah agar pergi ke Gunung Nurmala dengan membawa Pedang dan Kelapa Muda. Dan apapun yang terjadi sedianya harus menjaga pedang dan kelapa muda tersebut.
Karena Kehausan Prabu Gajah Agung Gugur Dari Ujian
Keduanya menuruti perintah sang rama untuk melakukan perjalanan ke Gunung Nurmala. Berangkatlah ke dua kakak beradik itu menuju Gunung Nurmala.
Tapi, yang membuat Prabu Gajah Agung gugur dari ujian, di tengah perjalanan merasa haus tiada tara, hingga akhirnya Prabu Gajah Agung membelah kelapa muda.
Setelah gugur mengemban ujian dari ayahandanya, Prabu Agung Resi Cakrabuana, mau tidak mau Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung harus menerima tugas meneruskan takhta kepemimpinan sebagai raja.
Prabu Lembu Agung menjadi raja (778-893 M) untuk memenuhi wasiat sang Rama di Leuwihideung, namun pada akhirnya Kerajaan Sumedang Larang diserahkan pula kepada Prabu Gajah Agung atau Atmabrata, sementara Prabu Lembu Agung memilih menjadi seorang resi.
Setelah resmi menerima takhta Kerajaan Sumedang Larang, Prabu Gajah Agung memindahkan ibu kota kerajaan ke Ciguling.
Dari pernikahannya, Prabu Gajah Agung dikaruniai dua orang putra, yakni Ratu Istri Rajamantri yang menikah dengan Prabu Siliwangi dan Sunan Guling yang melanjutkan takhta Kerajaan Sumedang Larang.
Prabu Gajah Agung meninggal dan dimakamkan di Cicanting, wilayah Darmaraja sekarang.