INISUMEDANG.COM – Setelah melalui pelatihan hidroponik baik teori maupun praktek yang dilaksanakan oleh Tim dosen SITH ITB dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pada Sabtu 6 Januari 2024, Kelompok Wanita Tani (KWT) Kemuning Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong telah melaksanakan panen perdana sayuran hidroponik.
Dr Mia Rosmiati Ir. MP dari SITH ITB mengatakan kegiatan ini juga dilaksanakan di Kelompok Pemuda Tani Putra Mandiri dan Kelompok Wanita Tani Hanjuang Bungur, Desa Rancakalong, namun sayuran di kedua kelompok ini belum saatnya panen. Sayuran yang ditanam oleh kelompok dengan model hidroponik adalah pakcoy, selada, kangkung, dan sawi.
“Pelatihan hidroponik kepada kelompok wanita tani di Kecamatan Rancakalong merupakan salah satu rangkaian kegiatan program hibah kompetitif Jawa Barat 2023 di bawah koordinasi Dinas Hortikultura Jawa Barat. Tema kegiatan ini yaitu Pemanfaatan Teknologi Hayati, Regenerative Farming, Pasca Panen, dan Digitalisasi Berbasis Sumber Daya Lokal Bagi Pengembangan Ekonomi Hijau Berbasis Sistem Pertanian Mandiri Berkesinambungan,” ujarnya.
Menurutnya, Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Pelaksanaan budidayanya cukup mudah dan cocok dikembangkan pada lahan sempit seperti di pekarangan sekitar rumah (skala usaha rumahtangga). Sebelum mengikuti pelatihan, KWT Kemuning belum pernah mengetahui dan melakukan budidaya dengan metode hidroponik sehingga dengan adanya pelatihan hidroponik ini mereka sangat antusias untuk mempraktekannya.
“Satu bulan setelah pelatihan, KWT Kemuning sudah memperoleh hasil produksi sayuran hidroponik seperti pakcoy, selada, kangkung dan sawi. Hasil produksi sayuran tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga dan dapat dijual kepada masyarakat sekitar,” ujarnya.
Budidaya hidroponik diharapkan terus dikembangkan oleh semua kelompok wanita tani di Kecamatan Rancakalong sehingga hasil yang diperoleh tidak hanya dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri, namun dapat dijual dan menjadi sumber pendapatan bagi kelompok.
Selain pelatihan dan pendampingan, Tim yang diketuai Dr. Ramadhani memberikan sarana dan prasarana produksi pertanian dan pasca panen seperti instalasi hidroponik, alat untuk membuat pupuk organik, handsprayer, benih, peralatan pasca panen dsb. Sarana dan prasarana tersebut sebagai stimulan bagi kelompok untuk memperlancar dan mengembangkan kegiatan sehingga fungsi kelompok sebagai wahana untuk (1) belajar; (2) kerja sama; serta (3) unit produksi (bisnis) dapat dirasakan oleh anggota kelompok maupun kelompok yang lainnya.