Pertanian Terintegrasi Cara Baru Selamatkan Ketahanan Pangan Di tengah Pandemi

Pertanian Terintegrasi
FOTO BERSAMA: TIM PPM SITH ITB saat foto bersama usai memberikan pelatihan Peningkatan Kapasitas Kelompok Wanita Tani Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan Dengan Model Integrated Farming System  Sebagai Sumber Pangan Keluarga di Masa Pandemi Covid 19

INISUMEDANG.COM – Munculnya Covid 19 di Indonesia sejak awal tahun 2020 secara tidak langsung berpotensi mengganggu ketersediaan, stabilitas, dan akses pangan. Untuk membantu masyarakat dalam ketahanan pangan, tim Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) ITB melakukan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat melalui kegiatan memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan berbagai tanaman dan memelihara ternak/ikan secara terintegrasi (integrated farming system) untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan keluarga.

Hal ini sejalan dengan salah satu strategi Kementerian Pertanian RI bahwa untuk menghadapi pandemi Covid-19 adalah mengoptimalkan lahan pekarangan dengan tanaman pangan untuk kebutuhan pangan keluarga. Ketahanan pangan keluarga disaat dan pasca pandemi Covid-19 menjadi semakin penting untuk mendukung ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sekaligus untuk meningatkan imunitas tubuh anggota keluarga, baik dari jumlah, kualitas, keragaman, maupun keterjangkauan atau kemudahan untuk memperolehnya.

Sistem pertanian terintegrasi ini dikenalkan dan diaplikasikan di kelompok wanita tani (KWT) Puspa Kenanga dan KWT Hanjuang Bungur, Kecamatan Rancakalong-Sumedang. Tim PPM dosen SITH-ITB yang terdiri dari Dr. Ir. Mia Rosmiati, MP., Dr. Ir. Aos, M.P., Ir. Yeyet Setiawati, M.P., Dr. Rijanti Rahaju Maulani dan Dr. Ramadhani Eka Putra, melaksanakan program PPM dengan tema Peningkatan Kapasitas Kelompok Wanita Tani Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan Dengan Model Integrated Farming System  Sebagai Sumber Pangan Keluarga di Masa Pandemi Covid 19.

“Pada kegiatan pelatihan, para anggota kelompok wanita tani diberikan pengarahan dan praktik bercocok tanam pada lahan pekarangan mulai dari pembuatan media tanam, cara untuk melakukan budidaya tanaman secara organik dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan pupuk kandang ayam, panen dan pasca panen,” kata Dr. Ir. Mia Rosmiati, MP.

Ini Baca Juga :  Hati-hati! Buang Sampah Sembarangan di Daerah Sumedang ini, Bakal dimakan Hantu Cepot Ngesott?

Selain pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan secara integrated farming system, lanjut Mia, atas permintaan kelompok wanita tani (KWT), tim PPM memberikan pelatihan mengenai aneka olahan hasil pertanian yang dihasilkan oleh para anggota KWT seperti pengolahan singkong menjadi mocaf (modified cassava flour) dan produk turunannya (aneka kue) juga pengolahan ubi menjadi dodol, kue bolu dan keremes ubi.

Pelaksanaan program PPM ini didukung penuh oleh Camat Kecamatan Rancakalong, Kepala UPTD Pertanian dan PPL Kecamatan Rancakalong, Bapak dan Ibu Kepala Desa dan para tokoh masyarakat.

“Kegiatan bercocok tanam atau beternak di lahan pekarangan ini dapat memberi keuntungan ganda, yaitu mengurangi kejenuhan berdiam di rumah dengan kegiatan bermanfaat dan memperoleh pangan sehat untuk keluarga sekaligus mengurangi pengeluaran untuk membeli bahan pangan. Oleh sebab itu kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan tidak hanya dilakukan pada saat pandemi Covid-19, tetapi diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan atau terus-menerus, artinya masyarakat yang memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga harus berupaya agar produktivitas lahan pekarangan tetap berlangsung dengan basis sumberdaya tanaman/ternak/ikan,” ujarnya.

Ini Baca Juga :  Pusat Jajanan Siswa SMPN 2 Tanjungsari Bentuk Kantin Sehat dan Terpadu

Selain itu berkelanjutan secara ekonomis, keluarga atau rumah tangga dapat mencukupi kebutuhan pangannya dari pekarangan sekaligus mampu mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan dari kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan tersebut. 

“Harapannya semoga kegiatan yang telah dilaksanakan saat ini dapat berkelanjutan, sehingga diperlukan pendampingan dan pembinaan secara kontinu oleh semua stakeholder (pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan akademisi),” tandasnya