INISUMEDANG.COM – Upaya memperingati hari Pahlawan 10 November, seluruh siswa SMAN 1 Sumedang mengheningkan Cipta Serentak. Sebagai penghormatan kepada para pahlawan nasional yang telah berjasa memperjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan telah gugur di medan perang.
Guru SMAN 1 Sumedang yang juga Ketua MGMP Sejarah Kabupaten Sumedang, Dr. H. Nunung Julaeha M.Si mengatakan. Peringatan 10 Nopember dengan cara sendiri diambil dari peristiwa sejarah yang terjadi di Surabaya pada tahun 1945. Ketika bangsa Indonesia secara heroik berjuang melakukan perlawanan terhadap pendaratan tentara Sekutu yang memboncengi tentara NICA (Belanda) untuk menguasai kembali Indonesia.
Namun Nunung menjelaskan memperingati hari Pahlawan tidak diartikan hanya untuk memperingati perjuangan bangsa Indonesia yang terjadi di Surabaya saja. Peringatan hari pahlawan dimaknai sebagai bentuk penghargaan bangsa Indonesia terhadap para pejuang yang sudah diakui sebagai pahlawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mulai dari perjuangan melawan kedatangan orang-orang Eropa untuk mencari rempah-rempah dengan sistem monopoli perdagangan, perjuangan raja-raja Islam terhadap penjajahan Portugis, Belanda dan Jepang, perjuangan memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan sampai perjuangan bangsa Indonesia menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.
“Dengan demikian pada prinsipnya Nilai-nilai yang bisa kita ambil dari setiap peristiwa sejarah perjuangan bangsa. Yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semisal mengisi kemerdekaan dengan hal positif atau kalau di pelajar, belajar dengan sungguh-sungguh,” ujarnya.
Menurut Doktor Pendidikan Sejarah Pertama di Indonesia ini. Sejatinya setiap memperingati hari Pahlawan, ada momen yang bisa dimaknai selain mengenang para pahlawan yang telah berjasa bagi terwujudnya kedaulatan bangsa Indonesia dari berbagai ancaman. Semisal, menjadi motivasi bagi kita bangsa Indonesia agar jauh lebih semangat dalam menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat. Khususnya generasi muda, karena dewasa ini dihadapkan pada penguatan karakter yang semakin jauh dari karakter yang dicontohkan para Pahlawan.
Sekolah Merupakan Lembaga Formal Paling Efektif Dalam Mewariskan Nilai-nilai Perjuangan Bangsa
“Sekolah merupakan lembaga formal yang paling efektif dalam mewariskan nilai-nilai perjuangan bangsa kepada generasi muda di tingkat persekolahan. Mewariskan nilai-nilai dari berbagai peristiwa sejarah baik di tingkat lokal maupun di tingkat nasional bisa diintegrasikan dalam berbagai kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Yang lebih penting lagi, bagaimana generasi muda mampu menjadi pelaku sejarah di jamannya dengan berbagai kegiatan produktif, kreatif dan inovatif yang bisa dibanggakan kelak di masa yang akan datang,” paparnya.
Perjuangan bangsa Indonesia yang sudah dikategorikan sebagai Pahlawan Nasional maupun Pahlawan Revolusi dengan mudah ditemukan dan dipelajari generasi muda dalam berbagai buku teks sebagai salah satu sumber belajarnya. Akan tetapi tidak demikian dengan tokoh-tokoh lokal yang diakui oleh masyarakat lokal perjuangannya tetapi belum atau gagal memperoleh gelar Pahlawan dari pemerintah, dengan sendirinya luput dari pengetahuan generasi muda terkait orang-orang yang telah berjasa memperjuangkan hak-hak masyarakat lokal dari ancaman penjajahan dan perpecahan.
“Di Sumedang sendiri, terdapat banyak tokoh-tokoh lokal yang dianggap memiliki jasa
yang tidak sedikit bagi kemajuan daerah Sumedang baik pada masa penjajahan Belanda, Jepang maupun dimasa awal revolusi kemerdekaan sampai upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa. Jejak sejarah yang berhubungan dengan perjuangan tokoh-tokoh lokal tersebut diabadikan dalam nama-nama jalan di kota Sumedang, seperti Pangeran Kornel,
Pangeran Suriaatmadja, Mayor Abdurahman dan Gatot Mangkupraja,” ujarnya.
Lebih jauh Nunung menjelaskan, Sumedang juga memiliki tokoh-tokoh lokal yang berkiprah di tingkat nasional pada masa pemerintahan Orde Baru. Seperti Ali Sadikin dan Umar Wirahadikusumah. Persoalannya apakah generasi muda dewasa ini mengetahui dan paham dengan tokoh-tokoh lokal tersebut ?
Memaknai Hari Pahlawan
“Oleh karena itu, memaknai hari Pahlawan sejatinya harus dicermati secara kritis bahwa
pemahaman arti Pahlawan dewasa ini tidak berhenti hanya sekedar seremonial merayakan. Akan tetapi lebih jauh bagaimana menjadikan nilai-nilai karakter Pahlawan yang teruji berhasil
memperjuangan dan mempertahankan kemerdekaan menjadi karakter sehari-hari dalam menghadapi berbagai persoalan hidup dewasa ini yang jauh lebih berat. Berbagai persoalan lingkungan dewasa ini, yang menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan. Sejatinya mendorong dan memotivasi kita untuk tampil menjadi pahlawan penyelamat lingkungan,” katanya.
Di samping itu berbagai ancaman terhadap lenyapnya berbagai nilai-nilai kearifan pada masyarakat lokal. Sejatinya melahirkan banyak pahlawan yang mampu memelihara kearifan lokal tersebut. Sebagai upaya menghadang arus deras budaya dari luar yang bisa jadi tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
“Idealnya pemerintah daerah sebagai pemangku kepentingan berinisiatif untuk mengintegrasikan berbagai peristiwa lokal. Yang dengan sendirinya menghadirkan tokoh-tokoh lokal tersebut terintegrasi dalam muatan lokal. Untuk disampaikan di tingkat sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah. Guru sebagai bagian penting dari sebuah proses pembelajaran juga kreatif dalam mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Sehingga kurikulum yang digunakan di tingkat satuan pendidikan jauh lebih bermakna karena diawali dengan
pembelajaran yang kontekstual dan sinergis dengan sejarah lokal,” tandasnya.