Pasirtalang Rancakalong, Sejarah Warisan Penjajah Simbol Keberkahan

Pasirtalang
Saluran air tembok beton dengan lebar 1 meter panjang 15 meter melintas membentang setinggi 6 meter di atas jalan raya provinsi antara Tanjungsari Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat.

INISUMEDANG.COM – Sesuai namanya Dusun Pasirtalang, karena di dusun tersebut terdapat sebuah jembatan penyeberangan saluran air yang terbuat dari tembok beton nan kokoh yang merupakan sejarah warisan penjajah.

Saluran air tembok beton dengan lebar 1 meter panjang 15 meter melintas membentang setinggi 6 meter di atas jalan raya provinsi antara Tanjungsari Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat.

Warga Dusun Pasir Desa Rancakalong Kecamatan Rancakalong menyebutnya Talang Air menghubungkan dua pasir yang posisinya berhadapan. Saat ini, kata warga, talang air itu sebagai simbol keberkahan masyarakat karena dengan adanya sumber air itu, artinya sumber kemakmuran.

Ini Baca Juga :  ATR/BPN Sumedang Sosialisasikan PTSL Kategori 3

“Konon cerita kakek, talang air ini dibangun jauh sebelum saya dilahirkan yaitu ratusan tahun silam di jaman kolonial Belanda yang hingga saat ini masih tegak berdiri kokoh, “jelas Yayan tokoh masyarakat Dusun Pasir dilokasi, Selasa (11/01/2022).

Warisan penjajah itu, lanjut dia, sampai sekarang bermanfaat besar bagi masyarakat karena bisa panen raya dengan melimpah-ruahnya air tanpa harus mengganggu arus lalu lintas jalan raya yang posisinya dibawah.

“Coba jika tidak ada talang air itu, kemungkinan besar puluhan hektar sawah di Lebakcara dan blok Legokpulus akan menjadi sawah tadah hujan yaitu bisa ditanam bila ada hujan, tapi musim kemarau mungkin jadi hutan alang-alang yang tidak membawa manfaat besar, “sebut dia.

Ini Baca Juga :  Aksi Unjuk Rasa Foto Mesra di Kantor Desa Cikareo Selatan Sumedang Bubar, Ini Endingnya

Ternyata ada sisi baik cara berpikir bangsa Belanda, meskipun statusnya waktu itu penjajah masih mau memikirkan rakyat yang menderita kelaparan akibat lahan sumber kehidupannya mengalami kekeringan akibat sulit dijangkau air.

Sedangkan, lanjutnya, tidak jauh dari lokasi itu, ada daratan tinggi lain yang terdapat sumber mata air melimpah. Mungkin ide tersebut, penjajah waktu itu membangun jembatan penyeberangan air untuk mengairi lahan sawah yang sulit dijangkau air, sehingga akan lebih produktif.

“Sampai sekarang, talang air warisan penjajah tersebut bisa dinikmati manfaatnya yaitu hasil panen raya bisa tiga kali dalam setahun, “ujarnya.

Ini Baca Juga :  Bujangga Manik, Penjelajah Asal Sunda yang Kisahnya Mirip Marcopolo dan Laksamana Cheng Ho

Disebutkan, talang air di Pasirtalang itu terus mengalir tidak pernah surut melalui saluran air Lebakcara yang bersumber dari mata air Situhiang, meskipun dalam kondisi kemarau panjang. Padahal biasanya ditempat lain, dalam masa kemarau itu mengalami kekurangan air, bahkan kekeringan.

Anehnya lagi, dalam kondisi hujan besar pun air mengalir dari saluran air itu tetap stabil, tidak pernah meluap, tidak pernah tersumbat.