INISUMEDANG.COM – Hari Jumat 28 Oktober 2022 ini merupakan momen peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94 tahun 2022. Pada 28 Oktober 1928 Sumpah pemuda yang dirumuskan di Jakarta menandai kebangkitan para kaula muda menuju satu cita-cita bersama, yakni merdeka.
“Tak aneh, 17 tahun selepas itu dideklarasikan, bangsa kita bisa memproklamasikan diri sebagai entitas bangsa dan negara yang merdeka. Sebagaimana diketahui bersama, kaula muda saat itu bersumpah tiga hal. Yakni (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” kata Wakil Ketua MWC NU Situraja Ustad Abdul Ajis Jumat 28 Oktober 2022.
Ustadz Ajis mengatakan, meskipun belum ada pembicaraan mengenai bentuk kenegaraan, bangsa kita saat itu telah bersepakat memberi nama Indonesia untuk negara yang kelak berdiri nanti.
“Bukan hanya itu, kesepakatan lain yang diusung bersama adalah bahasa persatuan dan kebangsaan. Kita tentu hafal betul, bahwa negara kita terdiri dari ratusan suku dengan ratusan bahasa daerah yang digunakan dalam lingkup lokal wilayah tertentu,” ujarnya.
“Dengan adanya kesepakatan mengenai satu kebangsaan dan bahasa persatuan tanpa menafikan entitas suku dan bahasa daerah masing-masing, Indonesia lekas terbangun dan merdeka,” sambungnya.
Kemerdekaan Indonesia Kata Kunci dalam Sumpah Pemuda
Lebih jauh Ia mengatakan, ada satu kata kunci dalam Sumpah Pemuda yang dideklarasikan para pendahulu kita itu. Sehingga manfaatnya dapat kita rasakan hingga saat ini, berupa kemerdekaan negara, bebas dari belenggu penjajahan.
“Apa kata kunci tersebut? Tiada lain adalah persatuan. Dalam hal ini, Allah swt. telah mengingatkan kita untuk senantiasa bersatu dan jangan menjadi terpecah belah.
Peringatan itu difirmankan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 105.
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌۙ
Artinya: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (Q.S. Ali Imran: 105),” imbuhnya
Larangan Pecah Belah
Lebih jauh ia menjelaskan Allah SWT secara jelas melarang kita untuk menjadi pecah belah. Bila kita lihat secara bahasa, pada kalimat tersebut, Allah swt menggunakan laa nahi, yang berarti larangan. Dalam satu kaidah disebutkan, bahwa larangan secara asalnya dihukumi haram.
“Artinya, jika kita melakukan tindakan yang membuat perpecahan, maka kita berdosa. Dalam pemahaman terbalik (mafhum mukhalafah)nya, kita diperintahkan untuk bersatu. Persatuan dapat mengokohkan persaudaraan. Betapapun kuatnya, jika persatuan tidak dipegang dengan baik oleh masing-masing individunya, tentu akan bangunan kelompok atau golongan akan mudah runtuh diterpa beragam hal. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama memperkuat persatuan kita,” terangnya
Sebab itu, lanjutnya lagi, Rasulullah SAW juga menjunjung persatuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam menjalani kehidupan di Kota Madinah.
Hal tersebut tertuang dalam sebuah Piagam Madinah. Dalam piagam tersebut, berbagai suku dengan latar belakang agama yang berbeda menandatangani kesepakatan damai, bersatu untuk tidak saling menyakiti satu sama lain.
“Hal ini sejalan dengan sebuah hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini.
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِير قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى». رواه مسلم
Artinya: Dari An-Nu’man bin Basyir, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Kamu melihat orang-orang mukmin di dalam saling berkasih sayang, mencintai, dan bersimpatnya seperti tubuh. Jika (sebagian) anggotanya sakit, maka sebagian tubuh lainnya akan tertatih-tatih (ikut merasakannya) sebab tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim),” tuturnya.
Ia berharap para pemuda tetap konsiten Itiqomah bersama-sama menjaga keutuhan NKRI sehingga mencapai Baladatun Warobun Ghofur.
“Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk dapat menjaga persatuan dan kesatuan di negeri kita tercinta ini. Dengan begitu, semoga kita semua dapat menjalani kehidupan ini dengan lebih aman, nyaman, dan damai.” Harapnya