INISUMEDANG.COM – Kampung Gelasan, Mendekati Bulan Suci Ramadhan, biasanya permainan tradisional kembali digalakkan anak anak sebagai pengisi waktu menunggu berbuka puasa. Meski di zaman serba digital ini permainan game online lebih diminati dibanding permainan tradisional. Salah satu permainan tradisional yang masih eksis sampai saat ini adalah layangan.
Layang-layang, tidak lepas dari benang gelasan sebagai bagian dari adu permainan layang layang. Gelasan menjadi syarat wajib apabila akan menerbangkan layang-layang untuk aduan.
Bentuknya yang cukup tajam akan memutus benang lawan saat terjadi pertarungan serta gesekan di udara dan pemilik layangan yang bertahan tidak putus dianggap sebagai pemenang.
Di Kampung Ciromed Desa Kutamandiri Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang ada kampung gelasan yang mengerjakan gelasan hampir setiap kepala keluarga. Kampung ini dikenal sebagai sentra penghasil gelasan sampai-sampai sebagian masyarakat menyebutnya dengan istilah “Kampung Gelasan” mengingat banyaknya warga yang memilih berprofesi sebagai pengrajin gelasan produksi rumahan.
Proses pembuatan gelasan bisa dibilang melalui tahap yang cukup panjang dari benang/senar polos mentah di amplas menggunakan mesin otomatis sesuai keinginan. Lalu masuk ke tahap pewarnaan dan pemberian serbuk pecahan kaca yang dicampur dengan cat. Selanjutnya gelasan masuk ke tahap pengemasan dan pemindahan dari gulungan besar ke gulungan-gulungan kecil sampai akhirnya gelasan siap untuk dijual.
Gelasan produksi rumahan ini di bandrol Rp.25.000 per plastik dan dikirim ke berbagai daerah di Indonesia seperti pulau Sumatra, Jawa dan Bali bahkan ada yang sudah di ekspor hingga ke luar negeri seperti Malaysia dan India.
Ditengah Pandemi, Omzet Gelasan Justru Meningkat
Ditengah pandemi Covid-19, bisnis gelasan justru mengalami peningkatan. Jika sebelum pandemi per hari hanya 2500 pack, setelah pandemi per hari mencapai 5000 pack.
“Alhamdulillah justru ditengah pandemi permintaan gelasan dari luar daerah justru meningkat. Mungkin karena sekolah diliburkan, jadi anak anak tidak ada aktivitas. Juga karena pengaruh musim kemarau yang notabene orang orang bermain layangan,” kata H Egay pemilik pabrik gelasan D Plus di Desa Kutamandiri Kecamatan Tanjungsari.
H Egay menambahkan, dengan jumlah karyawan 150 orang, bisa memproduksi sedikitnya 5000 pack gelasan ukuran kecil dan sedang. Cuaca panas pun, berpengaruh terhadap produksi karena gelasan yang sudah dicat harus kering terlebih dahulu.
“Kalau kemarau kan proses produksi bisa dipercepat. Karena proses pengecatan gelasan harus panas gak boleh terkena hujan,” katanya.
Selain memproduksi sendiri, pabrik D Plus yang beralamat di Dusun Sinarmulya RT 02 RW 02, Desa Kutamandiri itu menerima titipan dari home industri rumahan. Sehingga, produksinya bisa lebih dari 5000 pack per hari.
“Satu pack itu ada 10 golong, kalau 5000 pack berarti ada 50.000 golong. Per golongannya dijual Rp5000 sampai Rp35.000, dengan keuntungan bisnis sekitar 50 persen dari hari hari biasa,” katanya.
Hampir Semua Masyarakat Desa Kutamandiri Berprofesi Perajin Gelasan
Sementara, gelasannya itu tak hanya dijual ke Jawa Barat tetapi ke DKI Jakarta, Banten dan luar pulau jawa. Pemesananya biasanya lewat online ada juga yang sudah berlangganan di pasar pasar tradisional.
“Jadi kita minimal pengiriman per hari itu 50 dus atau satu mobil kol bak. Kalau sistem online, kita kerjasamakan dengan jasa pengiriman barang kilat,” katanya.
Di Dusun Sinarmulya Desa Kutamandiri, lanjut H Egay hampir semua masyarakat berprofesi sebagai perajin gelasan. Bahkan, tak hanya warga Kutamandiri, ada warga luar pun yang bekerja sebagai perajin gelasan.
“Mata pencaharian kami memang di gelasan sejak 1980an. Mulai dari pengecatan, penggolongan gelasan, pengepakan dan pengemasan. Kecuali untuk layang layangnya dari luar Kutamandiri, seperti dari Cipacing, Sukasari, dan Rancakalong,” katanya.
Dia berharap, pelaku usaha kecil menengah perajin gelasan mendapat ruang dan bimbingan dari pemerintah untuk perluasan area pabrik. Sehingga, bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak yang bisa mengurangi pengangguran.