Mengenal Raden Machjar Angga Koesoemadinata, Sang Pencipta Lagu dan Nada Sunda Kelahiran Sumedang

Rumah masa kecil Raden Machjar Angga Koesoemadinata atau Pak Mahyar di Jl Rd Suyud 27 Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan

INISUMEDANG.COM – Selain Umar Wirahadikusumah, Ali Sadikin, RHA Wiriadinata dan sejumlah tokoh nasional lainnya. Siapa sangka bila Sumedang juga memiliki orang tokoh nasional lainnya yaitu Raden Machjar Angga Koesoemadinata atau yang lebih dikenal dengan Pak Machjar atau juga sering disebut Pak Mahyar.

Pak Mahyar sendiri merupakan seorang seniman dan musikologi sunda yang lahir di Sumedang pada 7 Desember 1902 silam dan meninggal di Bandung 19 April 1979.

Mungkin bagi sebagian warga orang Sumedang tidak banyak mengetahui bila Pak Mahyar kelahiran Sumedang ini dikenal sebagai penemu sistem 17 tangga nada sunda, pencipta nada sunda Da Mi Na Ti La Da, dan Pendidik seni suara sunda, pengarang lagu-lagu sunda, dan peneliti serta ahli teori musik sunda.

Ini Baca Juga :  Tersiar Kabar PNS dan TNI Ikut Terima Bansos, Dinas Sosial Beri Klarifikasi

Menurut Prof. Dr. R. Prajatna Koesoemadinata yang merupakan putra ke 5 dari Pak Machjar mengatakan, sebenarnya ayahnya itu adalah seorang pendidik dan pakar musikolog, khususnya etnomusikologi dalam pelog dan salendro. Pengetahuannya mengenai pelog dan salendro didapatkan dari sejak kanak-kanak.

“Beliau pernah dikirim seorang ahli musikologi Belanda yakni Jaap Kunst, untuk belajar mengenai ilmu musikologi. Tetapi Ayah saya sudah mengetahui ilmu musikologi dari beliau sekolah umum di Bandung,” tuturnya saat ditemui wartawan di rumah masa kecil Pak Machjar yang terletak di Jl Rd Suyud 27 Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan, beberapa waktu lalu.

Ini Baca Juga :  Polisi Imbau Pemudik Agar Tak Paksakan Diri Jika Lelah Saat Lintasi Jalur Selatan

Putra kelima dari Raden Machjar Angga Koesoemadinata itu menuturkan, Ayahnya juga mengetahui bahwa nada terdiri dari getaran. Dengan getaran itu beliau ukur dengan alat-alat yang sangat sederhana dari frekuensi setiap nada yang ada. Sehingga menjadi suatu rangkaian dari nada-nada berdasarkan pengukuran-pengukuran. Maka Daminatilada sudah terukur dan bukan hanya enak didengarkan tetapi juga terhubung.