INISUMEDANG.COM – Mendengar nama Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang mungkin bagi masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat sudah tidak asing lagi.
Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja dikenal juga sebagai Ratu Jayadewata putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana lahir 1401 M di Kawali Ciamis. Mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun.
Sedangkan Prabu Kian Santang atau Raden Sangara atau Syeh Sunan Rohmat Suci. Merupakan Putra Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja Raja Pakuan Pajajaran dengan Nyi Subang Larang.
Keduanya begitu melegenda di tatar Sunda baik dari kerajaannya serta kesaktiannya. Ada cerita menarik yang mungkin sebagian besar orang belum mengetahui. Bahwa ada dusun bernama Puncak Manik di Désa Cilangkap Kecamatan Buahdua Kabupatén Sumedang yang disebut-sebut pernah dijadikan tempat pelarian Prabu Siliwangi ketika di kejar oleh putranya Prabu Kian Santang.
Di tempat Puncak Manik itu, kata Iim Gandawijaya mengatakan, sampai sekarang banyak para peziarah yang datang ke Puncak Manik. Diantaranya dari Indramayu, Karawang, Bogor, Kuningan dan daerah yang lainnya.
Para peziarah selalu berdoa yang ditujukan kepada Allah SWT dan selanjutnya ke Eyang Cakrabuana dan Eyang Manik Maya.
Asal Mula Nama Eyang Cakrabuana dan Eyang Manik Maya
Adapun asal mula nama Eyang Cakrabuana dan Eyang Manik Maya muncul di Puncak Manik, menurut Iim. Bila dirunut menurut cerita, bahwa pada jaman Kerajaan Padjadjaran ‘Burak’ atau Buburak yang memiliki arti bubar menurut bahasa Sunda. Kerajaan Padjadjaran dibuburak (dibubarkan) oleh Kerajaan Banten pada waktu itu.
Akibatnya, lanjut Iim, salah satunya Eyang Nusia Mulya harus pergi ke Gunung Gede di Bogor. Dan ternyata, Eyang Nusia Mulya tersebut adalah kakek Eyang Cakrabuana putra pertama Prabu Siliwangi yang bernama Sribaduga Maharaja Sang Ratu Haji Pakuan Padjadjaran.
Saat Prabu Siliwangi dikejar oleh putranya Prabu Kian Santang agar masuk Islam, kata Iim. Salah satu tempat persembunyian Prabu Siliwangi yaitu di tempat yang sekarang ini dinamakan Dusun Puncak Manik. Eyang Prabu Siliwangi sembunyi di sebelah timur Puncak Manik, dan daerah itu ada yang disebut batu bilik Cikapapa dan tempat itu sangat angker sampai sekarang.
“Bentuk Batu Bilik Cikapapa itu batunya memanjang dan besar. Menurut buyut saya, di dalam batu tersebut ada goa yang dijadikan tempat persembunyian oleh Prabu Siliwangi. Karena selalu dikejar terus oleh putranya Prabu Kian Santang,” ungkap Iim yang mengaku sebagai salah satu keturunannya ini.
Lebih lanjut Iim bercerita, persembunyian Prabu Siliwangi itu dijaga oleh Prabu Tadjimalela, ketika Prabu Kian Santang menghampiri tempat Prabu Siliwangi.
Prabu Tadjimalela berupaya melindungi Prabu Siliwangi dengan selendang Lokcan Naga Sibarong, saat Prabu Kian Santang mengejar. Bahkan, kata Iim, akibat kejadian itu sampai sekarang ada bukti yang bernama kampung Lebak Naga (sekarang ada di wilayah Desa Sekarwangi).
“Dengan kejadian itu, Prabu Kian Santang lalu ke Puncak Manik, ‘Ngababakan’ (membuka tempat baru) dan mengganti namanya menjadi Eyang Cakrabuana. Nama Prabu Kian Santang itu banyak, ada Eyang Cakrabuana, Cakrabumi, Walang Sungsang dan Kuwusangkan. Bahkan, di Cirebon ada nama makam Kuwusangkan, dan itu bukan petilasan melainkan makam,” tandasnya.