INISUMEDANG.COM – Upaya mendukung program era digital 4.0. Kementrian Perdagangan mulai menyasar pasar-pasar tradisional di seluruh Indonesia untuk transpormasi ke pasar digital. Di kabupaten Sumedang untuk yang pertama kalinya Digitalisasi Pasar Tradisional dimulai di Pasar Tanjungsari, Jumat (11/11/2022).
Bersama Bupati Sumedang, H Dony Ahmad Munir didampingi Kadiskop dan UMKM, Hari Tri Santosa. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meresmikan Digitalisasi Pasar termasuk mengecek ketersediaan bahan kebutuhan pokok di pasar Tanjungsari Sumedang.
“Kami menargetkan percepatan digitalisasi 1.000 pasar rakyat dan 1.000.000 pedagang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan perintah Presiden RI Joko Widodo agar Kementerian Perdagangan melakukan digitalisasi pasar rakyat”. Ujarnya kepada wartawan, Selasa (11/11/2022).
Menurut Zulhas, sapaan akrabnya, Digitalisasi Pasar ini mengubah mindset pedagang konvensional, sebab mau bagaimana pun perkembangan digital tidak bisa dibendung. Sehingga pada nantinya peredaran uang fisik akan berkurang di pasar.
“Uang fisik itu kan banyak kumannya, ada juga peredaran uang palsu, kemudian menghindari copet di pasar. Jadi nanti di pasar tradisional tidak lagi beredar uang fisik,” katanya.
Digitalisasi Pasar Tradisional Fokus Dengan Pembayaran Digital
Menurut Zulhas, Digitalisasi pasar tradisional fokus utamanya adalah di pembayaran digital. Nantinya pedagang dan pembeli bisa memanfaatkan sejumlah alat pembayaran, seperti dengan kode QR atau dengan mesin EDC (Electronic Data Capture).
“Jadi gak bakal ada lagi, mau membayar sembako, uangnya hilang atau lupa tidak membawa uang. Tinggal bawa HP tunjukan barkode teleponnya udah bisa bayar,” ujarnya.
Bupati Sumedan Dony Ahmad Munir mengatakan Digitalisasi Pasar Tradisional ini memang perdana di Sumedang, pihaknya menggandeng bank BJB dan bank BRI sebagai mitra penyedia jasa barcode. Rencananya di pasar Tanjungsari ini sudah terdata 800 pembeli yang sudah memiliki akun digitalisasi pasar itu dan sudah terpasang sebanyak 300 alat barcode.
“Nanti bayarnya yang tiap hari itu retribusi pedagang pasar dengan digital, jadi tidak lagi ditagih iuran retribusi ke jongko jongko, cukup dengan scan barcode aja. Khusus untuk pembayaran konsumen kepada pedagang juga bisa memakai scan barcode ini. Tentunya untuk memudahkan pembayaran aman tidak cashless atau non tunai. Sehingga pembeli ini dengan leluasa bisa berbelanja dengan cukup membawa handphone,” ujarnya.
Bupati berharap, mudah-mudahan pedagang bisa menerima itu, dan bisa menyimpan langsung uang di Bank seperti setiap hari atau bisa sebulan sekali sebagai tabungan atau sebagai saldo uang digital.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM, Hari Tri Santosa menambahkan, saat ini baru pasar Tanjungsari yang menjadi percobaan Digitalisasi Pasar Tradisional itu. Sebelumnya, pasar tradisional Conggeang juga sudah dilakukan pendataan dan pembenahan terkait Digitalisasi Pasar Tradisional ini.
“Cara kerjanya kaya kartu elektronik money saja, tinggal tempel ditempat yang telah disediakan langsung bisa digunakan. Minimal untuk saldonya itu Rp22.000 dan maksimal tidak terhingga,” ujarnya.
Hari menambahkan, beberapa pasar tradisional di Sumedang pun akan mengalami hal yang sama. Bahkan pada januari 2023 semua pasar tradisional sudah menerapkan sistem Digitalisasi Pasar Tradisional.