Masa Jabatan Wali Kota Bandung Berakhir 2023, RPD Mulai Dipersiapkan

Masa Jabatan Wali Kota Bandung
RPD Mulai Dipersiapkan Jelang Berakhirnya Masa Jabatan Wali Kota Bandung

BANDUNG – Kurang dari satu tahun lagi masa jabatan Wali Kota Bandung akan usai, tepat pada September 2023. Pemkot Bandung pun kini mulai menyusun Dokumen Rencana Pembangunan Daerah (RPD).

Dalam rapat penyusunan RPD sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2021. Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna berserta seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mempersiapkan RPD 2024-2026.

“Setiap kepala OPD harus punya sense of crisis. RPD harus mengakomodasi dari hasil progres FGD (Focus Group Discussion) berdasarkan tugas pokok dan fungsinya. Sehingga bisa menjadi masukan untuk bahan kebijakan,” jelas Ema, Selasa 13 Desember 2022.

Ini Baca Juga :  Pemerintah Genjot Pemberian Vaksin Booster Kedua Bagi Warga Bandung

Selain itu Ema menjelaskan, ada beberapa fungsi utama RPD tahun 2024-2026 dicanangkan. Pertama, menjaga kesinambungan perencanaan pembangunan jangka menengah daerah, dengan kondisi daerah dipimpin oleh Pejabat Kepala Daerah.

Kedua, menampung kepentingan pusat dengan memastikan keselarasan pembangunan pusat dan daerah. Ketiga, memastikan implementasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) terutama dalam hal pencapaian sasaran pokok dan arah kebijakan daerah.

Mengakomodasi Isu-isu Strategis

“Kita juga harus mengakomodasi isu-isu strategis yang berkembang secara aktual, serta kebijakan nasional. Ada batasan waktunya, Maret 2023 RPD harus sudah selesai. Jika RPD sudah selesai, selanjutnya kita akan menyusun perencanaan strategis (renstra),” paparnya.

Ini Baca Juga :  Tuntutan Buruh Ingin UMK 2024 Naik Menguat, Disnaker Kabupaten Bandung Beri Jawaban

Ada lima misi yang menjadi fokus RPD tahun 2024-2026 Kota Bandung, di antaranya membangun masyarakat yang humanis, agamis, berkualitas, dan berdaya saing.

Lalu, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang melayani, efektif, efisien, dan bersih. Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur, serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas.

“Kita juga perlu mengembangkan pembiayaan kota yang partisipatif, kolaboratif, dan terintegrasi. Semua misi ini terdapat beberapa OPD yang saling berkaitan satu sama lain,” ungkapnya.

Misalnya, contoh Ema, smart city yang menjadikan Kota Bandung masuk dalam 50 besar kota di dunia dan menempati posisi ke 28. Hal ini menghadirkan optimisme jika nilai indeks smart city di Kota Bandung bisa terus mendapatkan raihan angka yang masuk kategori progresif.

Ini Baca Juga :  Pemilu 2024 Didominasi Pemilih Milenial, Ini Pesan Kesbangpol Kabupaten Bandung

“Tentunya harus terus kita pertahankan. Apalagi nanti kita punya mimpi besar bahwa smart city itu bagian penopang kepada liveable city atau kota layak huni,” tuturnya. 

Ema berharap, Bandung Command Center (BCC) bisa terus dimaksimalkan. Semua informasi harus terkoneksi ke BCC demi memudahkan petugas mengawasi aktivitas masyarakat.

“Segala peristiwa bisa terlihat dan menginspirasi kita untuk mencegah kecelakaan dan tindakan kriminal. Kalau semua sudah terintegrasi, akan sangat bisa membantu Dishub, DSDABM, Polisi, dan Damkar dalam menangani situasi,” tuturnya.