Kontroversi Lagu “Joko Tingkir” dan Sosok Dibaliknya yang Wajib Kalian Ketahui, Simak Yuk Sejarahnya

Joko Tingkir
Makam Joko Tingkir (Istimewa)

INISUMEDANG.COM – Bagi para pecinta musik mungkin belakang ini tidak asing dengan lagu yang berjudul “Joko Tingkir Ngombe Dawet”. Ternyata viralnya lagu itu di berbagai media sosial menuai kecaman dari berbagai masyarakat.

Munculnya berbagai kecaman terhadap Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet ini, membuat sang pencipta lagu Ronald Dwi Febriansyah meminta maaf atas lirik lagu yang diciptakannya itu.

Pasalnya, Ronald dianggap telah melecehkan tokoh besar Raja pertama. Sekaligus pendiri Kerajaan Pajang yaitu Joko Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya, Raja atau Sultan dari Kesultanan Pajang.

Lantas bagaimana sejarah dan siapa sosok Pangeran Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya pendiri Kerajaan Pajang ini. Berikut ini sekilas sejarah tentang Sosok Joko Tingkir yang dirangkum IniSumedang.Com dari berbagai sumber.

SEJARAH JOKO TINGKIR

Joko Tingkir dalam kalangan orang Jawa bukanlah nama sembarangan, karena beliau dikenal juga dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Raja atau Sultan dari Kesultanan Pajang, menantu Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak Bintoro yang bisa dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan Islam legendaris di tanah Jawa.

Nama asli dari Joko Tingkir saat dilahirkan adalah Mas Karebet, lahir menjelang subuh pada tahun 1549 M di Pengging.

Saat Mas Karebet berusia sekitar 10 tahun, Ayahnya yakni Ki Ageng Pengging dihukum mati. Karena tuduhan melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Demak. Nyai Ageng Pengging, ibu kandung Mas Karebet menyusul kemudian jatuh sakit dan meninggal pula.

Wayang Kulit Dalam Merayakan Kelahiran Mas Karebet

Setelah kedua orang tua kandungnya meninggal dunia, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat oleh Nyai Ageng Tingkir. Beliau adalah janda dari Ki Ageng Tingkir, dalang wayang kulit yang ditanggap saat merayakan kelahiran Mas Karebet.

Ini Baca Juga :  Bukan Daerah Penghasil Buah Jeruk, Begini Sejarah Berdirinya Desa Cijeruk Sumedang

Kemudian setelah menjadi anak angkat dari Nyai Ageng Tingkir dan pindah tempat tinggal ke daerah Tingkir inilah maka kemudian Mas Karebet lebih dikenal dengan nama Joko Tingkir.

Joko Tingkir remaja gemar berguru kepada tokoh-tokoh besar di Jawa. Diantara guru-gurunya, Sunan Kalijaga merupakan guru pertamanya. Selain itu Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela sehingga dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Martani, dan Ki Panjawi.

Sosok Ki Ageng Pemanahan sendiri dikenal sebagai Ayah dari Danang Sutowijoyo atau Panembahan Senopati, pendiri serta raja pertama dari Kesultanan Mataram Islam yang menjadi cikal bakal dari Kesultanan Jogjakarta serta Surakarta.

Sultan Trenggono, Raja ketiga Kesultanan Demak menikahkan putrinya yang bernama Ayu Cempaka dengan Joko Tingkir. Kelak dari garis keturunan Joko Tingkir inilah yang akan melahirkan banyak sekali ulama dan kyai besar ditanah Jawa, yang menjadi soko guru sekaligus cikal bakal ulama-ulama besar berikutnya di Nusantara.

Salah satu putra Joko Tingkir bernama Sumohadiningrat atau Pangeran Benowo menurunkan Raden Sumohadinegoro atau lebih dikenal dengan nama Mbah Sambu, Lasem. Kemudian Mbah Sambu menurunkan Raden Sumohadiwijoyo yang lebih dikenal dengan nama Kyai Mutamakkin atau Pangeran Cibolek. Masyarakat hingga sekarang mengenal Mbah Mutamakkin sebagai waliyullah di Pantura, khususnya daerah Kajen, Pati dan sekitarnya.

Gus Baha’ Terkenal Sebagai Ahli Qur’an

Dari jalur Mbah Mutamakkin ini lahirlah KH. Raden Asnawi Sepuh yang menikah dengan salah satu keturunan Sunan Kudus, yaitu RA. Salamah. Mbah Kyai Raden Asnawi Sepuh ini kemudian menurunkan juga antara lain, KH. Ahmad Sholeh tokoh pendiri pondok Damaran 78 Kudus, yang KH. Sholeh Darat Semarang (Gurunya Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari Pendiri NU, dan juga KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah) pernah mondok di sana.

Ini Baca Juga :  Begini Penampakan Benda Pusaka 'Areuy Nyangreud' Anti Maling yang Dimiliki Warga Sumedang

Selain itu menurunkan juga KH. Sahal Mahfudz, KH. Sa’id Aqiel Siradj yang mantan Ketua Umum PBNU. Termasuk juga Gus Baha’ yang terkenal sebagai ahli Qur’an beserta tafsirnya, dan masih banyak lagi lainnya.

Beberapa nama tokoh dan ulama besar diatas disebut dalam tulisan ini untuk memperjelas dan mempertegas posisi serta kedudukan Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, dalam mata rantai silsilah dan nasab ulama serta waliyullah ditanah Nusantara.

Selain itu masih ditambah dengan keyakinan bahwa nasab Joko Tingkir keatas melalui jalur ayahnya. Yakni Pangeran Handayaningrat yang menikah dengan salah satu putri Prabu Brawijaya V dari Majapahit, masih bersambung kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Sementara berdasarkan sumber lainnya menyebutkan, bila merujuk catatan Kiai Ishomuddin Hadziq atau Gus Ishom, muhaqiq kumpulan karya Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Joko Tingkir adalah kakek ke-3 dari KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Itu berarti Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid adalah generasi ke-6.

Sunan Giri Salah Satu Wali Yang Telah Berjasa Besar Mendakwahkan Islam di Nusantara

Nasab Joko Tingkir bertemu dengan Maulana Ishaq ayah Sunan Giri. Salah satu Walisongo yang telah berjasa besar dalam mendakwahkan Islam di Nusantara.

Dalam tahqiq kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim oleh Gus Ishom tercatat silsilah Joko Tingkir sebagaimana berikut:

Ini Baca Juga :  Menjelajahi Keindahan Alam Gunung Tampomas: Destinasi Wisata Menarik di Sumedang, Jawa Barat

أشعري، بن عبد الواحد، بن عبد الحليم الملقب بفاعيران بناوا، ابن عبد الرحمن الملقب بجاكا تيعكير سلطان هادي ويجایا، بن عبد الله، بن عبد العزيز، بن عبد الفتاح، بن مولانا إسحق والد رادين عين اليقين المشهور بسوتن كبري، التبوإيرنجي الجنباني

Artinya, “Mengenal Penulis kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Nama dan nasabnya: beliau adalah (1) Muhammad Hasyim bin (2) Asy’ari, bin (3) Abdul Wahid, bin (4) Abdul Halim yang bergelar Pangeran Benowo, bin (5) Abdurrahman yang berjulukan Joko Tingkir dan bergelar Sultan Hadiwijoyo, bin (6) Abdullah, bin (7) Abdul Aziz, bin (9) Abdul Fatah, bin (10) Maulana Ishaq ayahnya Raden Ainul Yaqin yang terkenal dengan gelar Sunan Giri, Tebuireng Jombang. (Ishomuddin Hadziq, Tahqiq Adabul ‘Alim wal Muta’allim, [Jombang, Maktabatut Turatsil Islami: 1415], halaman 3).

Joko Tingkir (Mas Karebet) Bukan Sembarangan

Catatan ini secara gamblang menginformasikan bahwa Joko Tingkir yang juga punya panggilan Mas Karebet ini bukan sembarangan. Jalur nasab ke atas sampai kepada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri, sedangkan jalur nasab ke bawah sampai pada Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahid Hasyim dan Gus Dur.

Joko Tingkir adalah Tokoh besar yang sangat dihormati oleh bangsa ini.

Bila kita baca data sejarah lebih lanjut, maka akan kita ketahui. Joko Tingkir adalah raja sekaligus pendiri kerajaan Pajang yang memerintah pada rentang tahun 1568 – 1582 dengan gelar Sultan Hadi Wijaya atau Adi Wijaya.

Jasanya sangat besar dalam mendakwahkan Islam di bumi Nusantara. Pun demikian anak cucunya terus berkiprah sampai sekarang.