Berita  

Kolaborasi ITB dan UIN Bandung, Kelompok Tani Rancakalong Sumedang Diberi Pelatihan dan Pengembangan

Kolaborasi ITB dan UIN Bandung, Kelompok Tani Rancakalong Sumedang Diberi Pelatihan
Kolaborasi ITB dan UIN Bandung, Kelompok Tani Rancakalong Sumedang Diberi Pelatihan

INISUMEDANG.COM – Sebagai bagian dari program pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat, Dosen SITH ITB dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung berkolaborasi memberikan pelatihan kepada masyarakat kelompok tani di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang, selama 5 hari dari 20 November sampai 26 November 2023.

Ketua Tim Pelaksana, Ramadhani Eka Putra S.Si M.Si PhD mengatakan program pelatihan ini merupakan Hibah Kompetitip dari Pemprov Jabar mengenai Teknologi Budidaya dan Managemen Usaha Pertanian. Dengan tema Pemanfaatan Teknologi Hayati, Regenerative Farming, Pasca Panen, dan Digitalisasi Berbasis Sumber Daya Lokal Bagi Pengembangan Ekonomi Hijau Berbasis Sistem Pertanian Mandiri Berkesinambungan.

“Kegiatan ini sebenarnya adalah kegiatan yang didanai oleh pemerintah provinsi Jawa Barat melalui program inovasi pendanaan pembangunan kompetitif, hibah kompetitif tahun anggaran 2023. Topik yang kami usulkan pada program ini berada di bawah Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat. Karena ini pakai locus jadi, kita memilih Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang sebagai petani binaan kami. Ada 3 kelompok tani, 2 kelompok wanita Tani, dan satu kelompok Pemuda tani. Yang wanita tani itu bernama Kelompok Tani Kemuning dan Hanjuang Bungur, kalau yang Pemuda Kelompok muda Tani Mandiri Rancakalong,” ujarnya.

BACA JUGA : https://inisumedang.com/dipercaya-peninggalan-sunan-gunung-djati-ini-keistimewaan-sumur-cikahuripan-di-cikalong-sumedang/

Sementara sebagai pembimbingnya, kita berkolaborasi dengan Dosen UIN Bandung dari Ilmu Teknologi Hayati membahas masalah pupuk organik dan dari ITB itu bidang pertanian atau regeneratifnya, sistem pertanian supaya yang lebih ramah lingkungan. Jadi petani tidak perlu banyak memberi pupuk pestisida karena selain harganya mahal juga tidak ramah lingkungan.

Ini Baca Juga :  Jadwal Imsakiyah Ramadan 2023 Kabupaten Sumedang, Lengkap dengan Waktu Buka Puasa

Lebih lengkapnya, kata Ramadhani, Rondown Acara Pemanfaatan Teknologi Hayati Regenerative Farming, Pasca Panen, dan Digitalisasi Berbasis Sumber Daya Lokal Bagi Pengembangan Ekonomi Hijau Berbasis Sistem Pertanian Mandiri Berkesinambungan adalah sebagai berikut:

Pada Senin, 20 Nopember Pembukaan bertempat di Aula Kecamatan Rancakong. Kegiatannya Pelatihan Pelatihan Regeneratif, Ekosistem service pada pertanian, Perlindungan Tanaman dan Biodiversitas oleh Ramadhani Eka Putra S.Si M.Si PhD. Dilanjutkan materi Model Ekonomi Hijau (model bisnis hijau, pemasaran dan pembukuan keuangan) oleh Dr. Mia Rosmiati MP.

Kemudian, Selasa, 21 Nopember bertempat di Aula Desa Rancakalong pelatihan Pertanian regeneratif (Budidaya Hidroponik) oleh Ir. Yeyet Setiawati MP dilanjutkan pelatihan Teknologi Hayati oleh Dr. Ida Kinasih M.Si. kemudian ditutup dengan pelatihan Modul Digitalisasi pertanian (Prinsip Dasar Otomasi, Prinsip Lanjutan Otomasi) oleh Dr. Ir. Aep Supriyadi MP.

Sementara pada tanggal 23-25 Nopember adalah kegiatan Praktek dari semua materi yang diberikan pada tanggal 20-21 Nopember. Praktek ini dilaksanakan di laboratorium lapangan SITH ITB kampus Jatinangor, Tanggal 26 Nopember dilaksanakan Kegiatan monev oleh tim pelaksana ke lokasi kelompok wanita tani Hanjuang bungur, kelompok wanita tani Kemuning dan kelompok pemuda tani putra mandiri.

Ini Baca Juga :  165 Bus di Terminal Cicaheum Siap Layani Mudik Lebaran 2025

“Jadi konsep pelatihan kami lebih kepada pertanian yang memperbaiki lingkungan. Jadi bagaimana caranya mengolah pertanian yang ramah lingkungan seperti tidak menggunakan pupuk pestisida sampai pengemasan yang zero waste atau sampah. Sebenarnya kegiatan ini gabungan antara UIN Bandung dan ITB,” ujarnya.

BACA JUGA : https://inisumedang.com/sumur-cikahuripan-cikalong-sumedang-ini-dipercaya-peninggalan-sunan-gunung-djati/

Ramadhani menambahkan, kegiatan ini memang sudah digagas sejak awal tahun dan dimulai secara resmi pada bulan September dengan membuat demplot di daerah kelompok Pemuda tani di Rancakalong, kemudian untuk prakteknya di Laboratorium Lapangan SITH ITB.

Tidak hanya dilakukan oleh Dosen, tapi mahasiswa pun dilibatkan dalam kegiatan ini seperti 5 dari SITH ITB dan 2 mahasiswa dari FST UIN Bandung. Sedangkan Dosen yang terlibat 4 dari SITH ITB dan 1 dari FST UIN Bandung.

“Intinya, program ini lebih kepada modifikasi pertanian, supaya petani kita bisa produksi pupuk sendiri, bisa buat obat pestisida sendiri, teknologinya dibuat sesederhana mungkin karena tidak perlu listrik, internet segala macam. Walaupun sederhana hasil kegiatan ini lumayan panjang, karena menyederhanakannya dari yang canggih ke yang sederhana,” ujarnya.

Seperti contoh Hidroponik memakai teknologi yang canggih bisa melihat kadar air dan keasaman air. Terus budidaya cacing dan maggot yang sudah diperbaharui. Karena yang umum beredar kan yang yang klasik, terus hasil riset kita ditambahkan di sini jadi ada versi 2.0 peternak maggot versi 2.0.

Ini Baca Juga :  Parah, Bendera Parpol Penuhi Area Terlarang di Sumedang

Sementara itu, Dr. Mia Rosmiati MP menambahkan, salah satu tantangan sekarang yang berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan adalah sampah yang semakin meningkat terutama sampah plastik. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa salah satu permasalahan lingkungan itu disebabkan oleh perilaku manusia dalam mengkonsumsi suatu produk terutama dalam menangani kemasannya.

“Sehingga salah satu solusi adalah dengan mengembangkan pemasaran hijau atau green marketing di mana dalam Green marketing itu kita tidak hanya menyampaikan produk dari produsen ke konsumen tetapi aspek ramah lingkungan dari produk itu tetap diperhatikan mulai dari penggunaan inputnya, proses produksinya, pengemasannya. Sehingga produk yang kita konsumsi tidak menyisakan limbah atau disposal yang tinggi. Pada prinsipnya produk yang dikonsumsi serta atribut yang menyertainya harus memenuhi 3R (Reduce Reuse, dan Recycle),” katanya.

Ramadhani Eka Putra pun menutup acara dengan mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat diantaranya Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, Pemkab Sumedang, Pemerintah Kecamatan dan Desa Rancakalong, kemudian kelompok tani Rancakalong dan Dosen di SITH ITB dan FST UIN Sunan Gunung Djati Bandung.